Divisi pajak merupakan aspek vital dalam bisnis. Dibutuhkan pemimpin divisi yang memiliki nilai dan memastikan kepatuhan pajak terpenuhi.
Tanggal 21 Desember 2018 merupakan momen bersejarah bagi Indonesia, saat Presiden RI Joko Widodo mengumumkan keberhasilan pemerintah mengakuisisi 51,2 persen saham perusahaan tambang asal Amerika Serikat, PT Freeport Indonesia (PTFI). Melalui seremonial itu pula, PTFI yang beroperasi sejak tahun 1973 ini secara resmi menjadi bagian dari perusahaan holding tambang MIND ID.
Dengan mayoritas saham itu, maka pemerintah Indonesia bisa lebih terlibat dan menentukan pengelolaan perusahaan. Proses-proses transisi dan perubahan pun dijalankan internal perusahaan di berbagai divisi termasuk divisi pajak.
Vice President (VP) Tax PTFI Mukhlis Ishak tak menampik ada sejumlah tanggung jawab yang lebih besar bagi dirinya yang saat itu belum genap setahun ditunjuk sebagai VP Tax, dan PTFI sebagai anggota perusahaan yang baru bergabung dituntut bisa bersinergi dengan anak perusahaan lain.
Salah satu tantangan itu adalah ketika ia diminta menerapkan Integrasi Data Perpajakan PTFI secara cepat—bersama empat anak perusahaan tambang lainnya—dengan Ditjen Pajak.
“Sebetulnya untuk menjalankan integrasi data perpajakan itu otoritas masing-masing perusahaan, tapi tidak butuh waktu lama bagi saya menyatakan untuk bergabung. Karena, kami melihat terdapat nilai-nilai yang sangat strategis jika mengimplementasikan program ini,” tuturnya saat wawancara eksklusif dengan Majalah Pajak di bilangan Senayan, Jakarta Selatan, Selasa (29/12/2020).
Harus benar sejak awal
Mukhlis juga berkeyakinan, dengan integrasi data perpajakan disertai SDM dan sistem perpajakan memadai, PTFI akan menjalankan proses bisnis yang jauh lebih mudah dan efisien ke depannya.
“Integrasi Data Perpajakan akan mengurangi intensitas pemeriksaan, atau, paling tidak mempermudah proses pemeriksaan. Dengan demikian, resource yang kami miliki bisa lebih difokuskan pada area-area yang dapat meningkatkan kualitas level of compliance lebih maksimal dibandingkan sebelumnya,” kata pria kelahiran Wonosobo, Jawa Tengah ini.
Tak hanya itu, Proses Integrasi Data Perpajakan juga mengubah mindset fokus juga mindset kerja dari after the fact menjadi immediately.
“Dulu, kadang-kadang ada kesalahan administratif yang kemudian membutuhkan perbaikan setelah transaksi itu kami laporkan dalam SPT. Dengan integrasi ini, kita dituntut untuk sejak awal harus benar (do it right the first time), setelah itu pelaksanaannya akan lebih mudah.”
Spirit kerja tim
Walau Mukhlis ditunjuk sebagai VP Tax saat proses akuisisi PTFI tengah berlangsung, ia merasa beruntung karena diberkahi tim nan solid sehingga ia bisa fokus pada nilai-nilai pengembangan individu, yang selaras dengan key behavior nilai-nilai pengembangan MIND ID dan corporate values PTFI. (Corporate value PTFI terdiri atas Safety, Integrity, Commitment, Respect, dan Excellence—atau disingkat Sincere.)
Key behavior dari nilai pengembangan MIND ID yang pertama, yakni agile, sangat penting untuk diterapkan dalam situasi sulit di masa pandemi Covid-19.
“Hal yang paling penting adalah mempertahankan spirit kerja tim. Kita juga dituntut tetap agile, luwes untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan karena kita tidak tahu pandemi ini akan ke mana arahnya,” ujarnya.
Key behavior lainnya yakni going extra mile yaitu bekerja melampaui ekspektasi yang diharapkan perusahaan; dan accountable berupa kualitas pekerjaan yang harus dapat diandalkan dan dipertanggungjawabkan.
Lebih lanjut, penikmat musik rock ini menyampaikan bahwa kunci suksesnya dalam bekerja itu adalah trust, keyakinan yang timbul dari perpaduan kompetensi dan karakter. Pemimpin juga harus memberikan teladan agar anggota tim yakin terhadap pemimpinnya, sehingga dapat melewati tantangan bersama-sama dan mencapai tujuan bersama.
“Betul bahwa kita harus memiliki kompetensi, tapi itu saja belum cukup. Seorang pemimpin harus memiliki karakter dan nilai-nilai kepemimpinan. Perpaduan antara kompetensi dan karakter jika dilakukan secara konsisten akan menciptakan trust, menginspirasi orang lain, dan menciptakan team work yang kuat,” ucapnya.
Mukhlis juga selalu menekankan tiga aspek penting dari Seven Habits-nya Stephen Covey kepada timnya untuk menjadi pribadi yang efektif—yakni proaktif, begin with the end in mind atau selalu memulai sesuatu dengan tujuan yang jelas, dan menerapkan skala prioritas atau first thing first. Menurutnya banyak pemimpin yang gagal karena tidak menerapkan skala prioritas.
Mukhlis juga memaparkan bahwa profesi yang dilakoninya saat ini terbilang unik karena menuntut ketelitian yang sangat detail, sekaligus kemampuan merumuskan dan menyampaikan pesan secara sederhana agar mudah dipahami orang lain. Selain itu, divisi pajak harus memastikan bahwa perusahaan telah melakukan kepatuhan kewajiban perpajakannya.
“Ketika bekerja di perusahaan besar maupun kecil, kita setia terhadap profesi. Maka, profesi pajak bertujuan memastikan bahwa perusahaan itu memenuhi aspek compliance perpajakan. Jadi, jangan coba-coba menyiasatinya.”
Aktivis kampus
Mengemban posisi penting di sebuah perusahaan global tak membuat Mukhlis gentar. Karakter kepemimpinan yang melekat pada dirinya terbentuk sejak berkuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta.
Mukhlis muda aktif berkecimpung di kegiatan intra dan eskternal kampus dan tercatat sebagai Ketua Umum Badan Eksekutif Mahasiswa FE-UGM. Tak hanya itu, ia juga pernah menjadi Ketua Badan Perwakilan Kongres Ikatan Senat Mahasiswa Ekonomi Indonesia yang memberinya kesempatan keliling Indonesia untuk berkegiatan dan berdiskusi. Malahan, ia juga beberapa kali terlibat demonstrasi bersama mahasiswa lainnya.
“Waktu itu masih zaman Orde Baru. Ketika terjadi demonstrasi, banyak isu-isu yang diangkat dan saya terlibat di dalamnya—walau bukan sebagai penggerak. Kebetulan, Yogya pada saat itu masih jadi basis pergerakan mahasiswa,” ungkapnya.
Saat berkuliah, aktivis ini juga telah menaruh perhatian pada industri pertambangan yang dalam sudut pandangnya penuh dengan kontroversi. Berbagai informasi dari berbagai sumber pun diserapnya—tanpa tahu kebenarannya.
“Semua aktivitas yang dilakukan itu membentuk karakter saya, dan ketika bekerja itu sangat membantu saya untuk meniti karier—sebenarnya di mana pun akan sangat membantu,” kata Mukhlis.
Selepas meraih gelar Sarjana Ekonomi pada 1997 dan bekerja di PTFI, ia baru menyadari banyak informasi yang bahkan bertolak belakang.
“Kita jadi mempunyai wisdom untuk mencerna suatu informasi, ‘Oh, ternyata dulu infonya seperti ini, padahal yang benar begini’. Pada saat jadi mahasiswa wisdom itu belum sampai, masih meledak-meledak. Tapi, kita perlu juga kok melalui proses itu.”
Dari Mimika ke Jakarta
Mukhlis memulai karier di divisi Akuntansi PTFI Kuala Kencana, Mimika, Papua. Lokasi yang terpencil dan terbatasnya akses komunikasi pada saat itu tidak memberikannya ruang leluasa untuk bersosialisasi. Maka, tahun 2001, saat Mukhlis pindah ke divisi perpajakan di kantor PTFI Jakarta, ia tidak menyia-nyiakan kesempatan mengembangkan diri.
Sebagai mantan aktivis, ia melibatkan diri dalam diskusi-diskusi yang membahas isu-isu nasional di bidang pertambangan. Sosok berkacamata ini juga pernah terlibat dalam kepengurusan beberapa asosiasi pertambangan, yakni Ketua Working Group Ekonomi Tambang Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI) pada 2009–2012, dan Ketua Komite Pajak dan Keuangan Indonesian Mining Association (IMA) pada 2016–2018.
Tak hanya itu, Mukhlis hingga saat ini aktif mengampanyekan transparansi industri pertambangan melalui Extractive Industry Transparency Initiative (EITI) Indonesia. Ini merupakan standar global bagi transparansi di sektor ekstraktif yang diprakarsai oleh mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair. EITI bertujuan memperkuat sistem pemerintahan dan perusahaan dengan mendorong diskusi publik dan partisipasi masyarakat, dalam pengelolaan Industri Ekstraktif. Di setiap negara pelaksana, EITI didukung oleh koalisi antara pemerintah, perusahaan, dan masyarakat sipil (CSO).
“Indonesia berkomitmen untuk mengimplementasikan inisiatif ini, maka itu dibentuklah Multi-Stakeholder Group (MSG). Sejak awal saya terlibat dalam memulai proses EITI, dan kemudian ditunjuk menjadi anggota MSG mewakili industri,” terang penyuka buku ekonomi, filsafat, hingga sastra ini.
Berbagai aktivitas dan diskusi yang ia ikuti membuahkan nominasi Asia Tax Director of the Year selama tiga tahun berturut-turut (tahun 2018–2020) di ajang penghargaan pajak bergengsi yang diselenggarakan oleh International Tax Review.
You must be logged in to post a comment Login