Pandemi korona membuat wisatawan kini lebih menggemari “trekking”—menyehatkan dan tidak bikin kerumunan.
Pandemi korona mengubah tatanan hidup masyarakat dunia. Kewajiban untuk menjaga jarak, penerapan pembatasan sosial, hingga adanya kebijakan penutupan di beberapa tempat mengakibatkan aktivitas masyarakat terbatas, termasuk berwisata. Tak mudah bagi pelancong untuk bepergian ke luar kota, apalagi ke luar negeri.
Saat memasuki masa adaptasi kebiasaan baru pun, penduduk Jabodetabek kini lebih memilih daerah wisata seperti Bogor, Sentul, atau Sukabumi karena bisa dijangkau dengan kendaraan pribadi dan tak perlu menginap. Sementara, untuk jenis wisatanya, masyarakat belakangan ini bergeser ke wisata jelajah alam atau biasa disebut trekking.
Meski bukan sesuatu yang baru, kegiatan ini kian jadi primadona pelepas penat belakangan ini. Selain menyehatkan tubuh, trekking juga lebih diminati karena tidak mengharuskan berkerumun dan berkumpul dengan orang lain.
Nah, jika Anda ingin melakukannya juga, tak ada salahnya mengajak serta buah hati Anda agar lebih dekat dengan alam sedini mungkin. Namun, Anda perlu menyiapkan dan memastikan secara matang dari jauh-jauh hari sebelum berangkat, mulai dari kondisi trek yang ramah anak, pakaian dan peralatan berjalan yang nyaman dan memadai, obat-obatan, perlengkapan protokol kesehatan, hingga ketersediaan penginapan dan kondisi akses jalan menuju tujuan wisata.
Resort Cikaniki
Salah satu lokasi wisata yang menawarkan paket wisata jelajah alam yang terbilang lengkap dan ramah anak adalah Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Bogor, Jawa Barat. Hamparan hutan hujan terluas di Pulau Jawa ini memiliki luas sekitar 113.357 hektare yang dibagi menjadi empat zona yakni zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan, dan zona tradisional budaya.
Sementara, luas yang dimanfaatkan menjadi destinasi ekowisata hanya sekitar 3–5 persen dari luas keseluruhan taman nasional yang merupakan hutan lindung. Selain lestari, taman nasional ini merupakan paduan interaksi harmonis antara alam dan masyarakat yang tinggal di sekitarnya.
Satu dari belasan objek wisata yang ada di sini adalah Cikaniki. Tak hanya menawarkan kesegaran alam dan keindahan bentang hutan tropis, kawasan resor yang berada di Desa Malasari ini juga memiliki keanekaragaman hayati yang menarik. Cikaniki juga dijadikan pusat kajian ilmiah para peneliti dan akademisi dalam maupun luar negeri.
Anda bisa trekking menyusuri lebatnya hutan di jalur setapak atau loop trail sepanjang kurang lebih 3,8 kilometer. Di sepanjang jalur ini, Anda akan melihat beberapa jenis anggrek hutan, kantong semar, tanaman suplir, dan pepohonan yang usianya mencapai ratusan tahun. Penjelajahan membelah hutan ini tak akan melelahkan Anda dan keluarga, sebab suara desir angin juga suara gemericik air Sungai Cikaniki yang menenangkan akan setia menemani.
Menariknya lagi, di kedalaman hutan ini Anda bisa memacu adrenalin dengan meniti Jembatan Tajuk atau Canopy Trail sepanjang 100 meter dan memiliki lebar 60 sentimeter. Sebetulnya, Jembatan Tajuk disediakan untuk peneliti mengamati satwa-satwa liar, tetapi Anda juga diperbolehkan menggunakannya dengan izin petugas dan mesti menaati peraturan yang berlaku.
“Pada malam hari, jamur-jamur yang kecil dan putih mengeluarkan cahaya kehijauan, menarik lebah, lalat, dan semut sebagai penyebar spora.”
Dari ketinggian 25 meter, Anda dapat mengamati penghuni pepohonan Halimun dari dekat, seperti elang Jawa atau monyet ekor panjang, juga menyaksikan rimbunnya tajuk pohon tegakan, dengan aliran sungai Cikaniki nan jernih yang mengalir di bawahnya. Setelah puas menyaksikan satwa liar, Anda bisa melanjutkan perjalanan menuju Curug Cimacan atau air terjun Cimacan.
Cukup berjalan kaki sekitar 500 meter dari Canopy Trail, Anda bisa sampai di curug ini. Meski ketinggiannya hanya sekitar 7 meter, air terjun ini tidak akan mengurangi keseruan sang buah hati bermain air. Aliran air terjun Cimacan yang jernih dan menyegarkan seketika mampu membuang rasa gerah setelah berkeliling hutan.
Usai menyusuri sebagian kecil hutan dan bermain air, selera makan Anda dijamin bertambah. Di pondokan yang telah disediakan di pinggir air sungai, Anda bisa memakan bekal yang Anda bawa dari rumah. Terpenting, jagalah selalu kelestarian alam dengan tidak membuang sampah sembarangan.
Bermalam di alam
Ada beberapa pilihan untuk Anda menginap di sini, misalnya saja di pusat penelitian Cikaniki. Bangunan di resor Cikaniki memang kerap dijadikan akomodasi, baik oleh para peneliti maupun pengunjung. Fasilitas yang disediakan di bangunan kayu ini pun cukup baik dan lengkap untuk menikmati sensasi menginap di tengah hutan belantara. Ada kamar tidur, aula, saung, dapur, dan kamar mandi.
Pilihan akomodasi lainnya adalah menginap di Kampung Citalahab, Desa Malasari. Anda bisa menginap di homestay atau rumah-rumah warga yang memang sudah terbiasa menerima kunjungan wisatawan. Biasanya, wisatawan lebih memilih menginap di homestay karena ingin berbaur dengan warga lokal dan merasakan keseharian mereka. Alternatif lainnya, Anda juga bisa menyewa dan mendirikan tenda di area berkemah di kampung ini.
Pada malam hari, Anda bisa berjalan di sekitar canopy trail untuk menyaksikan kelompok jamur bercahaya (glowing mushroom). Jamur yang mampu mengeluarkan cahaya kehijauan ini memiliki ukuran yang kecil dan berwarna putih. Jamur-jamur ini bercahaya karena adanya reaksi kimia yang disebut bioluminesensi. Biasanya, bioluminesensi pada jamur akan menarik serangga-serangga seperti lebah, lalat, dan semut sebagai penyebar spora, yang berperan penting dalam proses reproduksi jamur.
Saat mentari pagi menunjukkan keindahannya di ufuk timur, gugusan pegunungan Halimun Salak akan diselimuti kabut tipis nan menakjubkan. Setelah menikmati masakan tradisional buatan warga setempat di waktu sarapan, Anda bisa trekking mengelilingi kebun teh Nirmala Agung, sembari menghirup udaranya yang bersih dan menyehatkan paru-paru Anda.
Baca Juga: Usai Pandemi, Ayo Rekreasi
You must be logged in to post a comment Login