Kartun adalah ilustrasi yang tak asing lagi di masyarakat, baik ia berupa video animasi maupun koran, majalah, dan buku. Ada stigma yang melekat di sebagian masyarakat bahwa kartun identik dengan anak-anak atau orang dewasa yang kekanak-kanakan. Misalnya, gara-gara kartun, jagat perpolitikan tanah air tahun lalu sempat ramai setelah ada pihak yang mengkritik hobi Presiden RI yang gemar membaca komik Doraemon.
Dua kartunis dan karikaturis senior, Beng Rahadian dan Thomdean, menampik pendapat bahwa kartun hanya untuk anak-anak. Dalam seminar daring bertema “KELAKARtun: Kenalan dengan Kartun” yang digelar Institut Humor Indonesia Kini (IHIK3), keduanya berpendapat, kartun adalah medium untuk menyampaikan pesan untuk siapa saja. Di sisi lain, menikmati maupun menggambar kartun juga bisa menjadi sarana rekreasi tersendiri bagi orang dewasa.

Beng Rahadian, komikartunis dan dosen IKJ di webinar KELAKARtun IHIK3
Seminar yang diikuti peserta dari berbagai kalangan itu membedah ide atau inspirasi dalam memproduksi kartun. Ternyata, untuk mendapatkan ide membuat kartun tidak perlu muluk-muluk. Cukup mengenali dulu diri, lingkungan, kebiasaan sehari-hari, interaksi dengan orang lain, dan sebagainya, kemudian dituangkan menjadi gagasan.
“Membuat kartun itu harus dari hal-hal yang dekat dengan kita. Setelah kita bisa berpikir dari hal-hal yang sederhana, barulah kita bisa memikirkan hal-hal yang lebih besar,” papar Beng pada Sabtu (5/9/2020).

Thomdean, kartunis editorial, di webinar KELAKARtun IHIK3
Stigma lain yang hendak dipatahkan adalah persepsi tentang gambar. Tak perlu merasa gambarnya jelek untuk menjadi kartunis. Sebab, menurut Beng, gambar yang “jelek” bisa jadi justru gambar yang bagus. Thomdean menambahkan, dalam menggambar kartun, faktor “bagus” itu bukan yang nomor satu. Yang penting, adalah pesannya tersampaikan.
Untuk meningkatkan rasa percaya diri dan mengasah kreativitas, Beng dan Thomdean membuat game sederhana untuk para peserta. Mereka diminta untuk menggambar wajahnya dalam lima goresan, tanpa becermin atau melihat foto diri. Kemampuan mentransformasikan karakter diri ke gambar yang sangat sederhana ini adalah skill yang penting dimiliki kartunis, baik pemula maupun profesional. Latihan menggambar diri ini juga untuk aktivasi otak kanan sebagai alat berimajinasi.
“KELAKARtun: Kenalan dengan Kartun” adalah webinar kedelapan yang sudah dihelat oleh IHIK3 sejak pandemi Covid-19 melanda dan didukung oleh Majalah Pajak sebagai mitra publikasi. IHIK3 juga akan menggelar lokakarya daring tentang kartun selama tiga sesi. Sesi pertama yang akan dihelat pada 12 September 2020 pukul 14.00-16.00 WIB mendatang. Lalu disusul dengan tema komik strip (26 September); dan gag cartoon (10 Oktober) di jam yang sama. Beng Rahadian dan Thomdean, sebagai pengampu kelas daring ini bakal mencurahkan ilmu dan pengalamannya secara maksimal.
CEO IHIK3 Novrita Widiyastuti mengatakan, masa-masa pandemi seperti ini, di mana banyak orang memilih tinggal di rumah, kartun bisa menjadi alternatif untuk mengasah kreativitas.
“Dulu, kita selalu tidak punya waktu untuk melakukan hal yang kita sukai, seperti menggambar. Kini saat pandemi, orang-orang mulai mencoba-coba hobi baru. Nah, kenapa tidak mencoba menggambar kartun saja? Apalagi ternyata kartun adalah medium semua orang, dari anak-anak hingga dewasa –sekalian membantu Anda untuk mengekspresikan sense of humor khas Anda yang mungkin sering sulit diungkapkan secara verbal. IHIK3 mencoba memfasilitasi hal ini dalam rangka menularkan virus-virus humor kepada masyarakat,” pesan Novrita.
Bagi peserta yang berminat, investasi di setiap sesinya adalah Rp 100.000 per orang, melalui IHIK3. Namun jika ingin mengikuti ketiga kelas alias keseluruhan rangkaian lokakarya ini, peserta hanya perlu merogoh kocek Rp 250.000 saja. Pendaftaran bisa dilakukan melalui tautan bit.ly/ihik3-kelakartun1
You must be logged in to post a comment Login