Jakarta Majalahpajak.net – PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung menguat pada Januari seiring dengan optimisme prospek ekonomi di tahun baru.
Dalam delapan tahun terakhir, kecuali 2017 dan 2020, indeks acuan di Bursa Efek Indonesia (BEI) secara rata-rata naik 1,5 persen selama Januari.
Di Januari 2020, IHSG memang terkoreksi 5,7 persen di tengah sentimen buruk di awal tahun yakni serangan AS terhadap jenderal tertinggi Iran, Qasem Soleimani, pada 3 Januari yang dikhawatirkan memicu perang dunia ketiga dan pandemi virus korona sejak Maret 2020.
CEO Mirae Aset Sekuritas Indonesia Taye Shim menilai, Covid19 telah mengganggu kehidupan kita sehari-hari dan telah menyebabkan dampak besar bagi pertumbuhan bisnis dan ekonomi.
“Terlepas dari tantangan yang berat, Mirae Asset Sekuritas mampu menunjukkan pencapaian yang luar biasa. Melalui produk dan layanan inovatif kami seperti HOTS Championship, Up or Down Survival, pembukaan rekening on-line, dan lain-lain,” katanya dalam siaran pers di Jakarta, Rabu (13/1/2021).
Adapun Mirae Asset mencatat, hingga 6 Januari 2021, IHSG tercatat sudah naik 1,4 persen. Ke depan, kinerja IHSG diprediksi masih akan positif selama Januari tahun ini.
“Kami perkirakan kinerja IHSG akan kembali positif di Januari 2021 didukung optimisme vaksinasi COVID-19,” kata Hariyanto Wijaya dan Emma A. Fauni, analis Mirae Asset, dalam riset bertajuk “Indonesia Strategy, Januari: Compounding the January Effect”, yang dirilis 8 Januari 2021.
Keduanya menilai ada tiga faktor utama yang akan mendorong penguatan pasar modal dalam negeri awal tahun ini, kendati ada tekanan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara jangka pendek.
Pertama, Indonesia memasuki 2021 dengan lebih banyak rasa optimistis bahwa ekonomi akan pulih di tengah kabar baik jadwal vaksinasi.
Jadwal vaksinasi sekitar 15 bulan, mulai Januari 2021 hingga Maret 2022, sementara waktu kedatangan vaksin dijadwalkan antara Desember 2020 hingga kuartal 1-2022.
Kedua, Indonesia sebagai penghasil dan pengekspor komoditas juga mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga komoditas.
Harga minyak sawit mentah (CPO) mencapai MYR3.900 per ton, level tertinggi sejak 2008 karena empat faktor: rendahnya stok CPO, gangguan produksi akibat dampak La Nina, naiknya permintaan China dan India, dan harga minyak kedelai yang menguntungkan sebagai penggantinya.
Selain itu, dolar AS (USD) juga diprediksi melemah seiring dengan tekanan defisit kembar pada fiskal dan transaksi berjalan pemerintah AS karena besarnya stimulus fiskal demi merangsang lemahnya ekonomi.
Ketiga, bangkitnya manufaktur China. Aktivitas manufaktur China terus berkembang dalam
8 bulan beruntun. Pesanan pabrik baru China dan ekspor baru untuk pabrik juga naik, dikonfirmasi oleh permintaan yang lebih tinggi untuk produk China dari pasar luar negeri.
Pilih saham komodtas
Mirae Asset merekomendasikan untuk mempertahankan pilihan utama saham-saham komoditas (nikel, CPO, batu bara, dan emas), bank dan unggas. Rekomendasi ini membuka opsi untuk saham-saham seperti ANTM, INCO, LSIP, UNTR, BBRI, BMRI, BBNI, dan JPFA.
“Kami memilih ANTM dan INCO, karena emiten ini penerima manfaat dari kenaikan harga nikel seiring dengan naiknya permintaan dari produksi baja dan baterai EV.”
Saham LSIP masuk radar (top picks) karena emiten sawit ini akan terdorong kenaikan harga CPO. UNTR juga masuk pilihan karena memperhitungkan dampak positif dari kenaikan harga emas. Adapun JPFA karena adanya pemulihan sektor unggas.
Kedua analis Mirae Asset ini menilai, per 7 Januari, top picks dengan bobot yang sama menghasilkan akumulasi tingkat pengembalian sebesar 40,1 persen. Bandingkan dengan akumulasi return IHSG sebesar -3,7 persen sejak dimulainya laporan top picks bulanan pada Agustus 2019.
“Sebab itu, top picks kami mengungguli IHSG sebesar 43,9 persen.”
Terkait dengan kinerja Mirae Aset, Taye Shim, mengungkapkan di tengah ketidakpastian, perusahaan mampu menorehkan kinerja baik di bisnis brokerage dengan total nilai transaksi mencapai Rp 410,3 triliun di 2020, melesat 97 persen dibandingkan 2019.
“Milestone penting yang berhasil kami capai adalah menjadi perusahaan sekuritas terbesar di Indonesia sejak 25 September 2019 hingga saat ini. Kami ingin berterima kasih kepada klien, karyawan, dan mitra media kami atas pencapaian luar biasa ini. Mengingat kami adalah perusahaan pialang ritel terbesar di Indonesia, kami sangat bangga melihat investor ritel kami menjadi pusat perhatian di pasar modal Indonesia,” kata Taye Shim.
Tahun ini, memang masih banyak ketidakpastian, tetapi Mirae Asset meyakini dengan sentimen positif vaksinasi, akan memberikan angin segar bagi pemulihan ekonomi nasional, dan berimbas ke pasar modal.
Perusahaan berkomitmen untuk terus menyediakan produk dan layanan yang inovatif melalui transformasi digital, untuk menyediakan informasi investasi tepat waktu yang dikurasi dengan cermat oleh tim riset dan pemasara. Mirae Asset juga akan terus meningkatkan infrastruktur IT dan layanan pelanggan untuk memenuhi permintaan pelanggan yang tumbuh pesat.
“Mirae Asset ingin menjadi mitra investasi untuk mencapai tujuan jangka panjang nasabah dengan variasi produk yang berbeda sesuai profil risiko dan tujuan investasi nasabah,” katanya.
Pingback: Andalkan Partisipasi Publik dan Teknologi | Majalah Pajak
Pingback: Pandemi, Saat untuk Berhemat dan Berinvestasi | Majalah Pajak