Jerman siap memobilisasi investasi pemerintah maupunswasta untuk mempercepat transisi energi dan pengembangan energi terbarukan di Indonesia.
Pemerintah Jerman melalui Deutsche Messe AG (DMAG) kembali menyelenggarakan Hannover Messe 2023 yang merupakan pameran teknologi industri tahunan terbesar di dunia dengan melibatkan negara mitra sebagai Official Partner Country. Pameran yang berlangsung pada April 2023 ini diikuti oleh lebih dari 90 negara peserta dan dihadiri oleh banyak pelaku bisnis dari seluruh dunia. Pada perhelatan tahun ini Indonesia kembali dipercaya menjadi Official Partner Country (OPC) Hannover Messe untuk ketiga kalinya, setelah pertama pada 1995, kedua di 2021 secara virtual karena masih pandemi, dan di 2023 baru dilaksanakan sepenuhnya secara fisik. Ada empat agenda penting yang menjadi target Indonesia di ajang internasional ini. Pertama, menyampaikan visi Indonesia tentang peta jalan Making Indonesia 4.0. Kedua, mempromosikan kerja sama industri. Ketiga, mempromosikan investasi dan ekspor. Terakhir, meningkatkan hubungan kerja sama bilateral dengan Jerman dan memasuki jejaring rantai suplai global.
Dalam sambutannya di pembukaan pameran yang dihadiri Presiden Joko Widodo beserta delegasi Indonesia, Kanselir Jerman Olaf Scholz bercerita bahwa sepulang dari Bali setelah menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi G20 pada November 2022 lalu, di atas pesawat ia membaca buku Revolusi karya David van Reybrouck.
Lewat Revolusi, penulis asal Belgia itu menggambarkan peran penting Indonesia bagi pembentukan dunia modern. Reybrouck mengingatkan kembali pada peta dunia yang menempatkan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan populasi keempat terbanyak di dunia dan dalam waktu dekat akan menjadi satu dari sepuluh kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Akan tetapi, kata Scholz, di atlas sekolah yang ada di negaranya, Indonesia selalu berada jauh di pojok sebelah kanan bawah. Sedangkan dunia seperti yang dituliskan oleh Reybrouck tak mengenal atas dan bawah atau tengah dan pinggir. Karena itulah Reybrouck dalam pemikirannya mendorong Indonesia ke pusat peta yang Eropa-sentris.
Jika diukur dalam dimensi Eropa, luas Indonesia setara dengan luas yang membentang dari Irlandia hingga Kazakhstan. Kata Scholz, Indonesia bukan negara kepulauan yang jauh di ujung dunia melainkan negara yang tepat berada di jantung salah satu kawasan paling dinamis di dunia dan di tengah kawasan Indo[1]Pasifik di antara Tiongkok, India, Oseania, dan Amerika. Menurut Scholz, jika saat ini dunia lebih membidik antena politik dan ekonomi ke arah kawasan Indo-Pasifik, maka tidak ada jalan lain selain melalui Indonesia.
Ia mengungkapkan kegembiraannya atas kehadiran Indonesia di Hannover Messe dan ingin memperdalam kerja sama di bidang politik dan ekonomi. Dalam pandangannya, kesediaan Indonesia untuk dekarbonisasi penuh di sektor tenaga listrik pada tahun 2050 adalah sebuah langkah terobosan yang ambisius dan menantang. Sebagai timbal balik dari kelompok negara-negara G-7 yang saat ini dipimpin memobilisasi investasi senilai puluhan miliar dollar dari pemerintah maupun swasta dalam beberapa tahun mendatang.
“Kami akan memobilisasi investasi untuk mempercepat transisi Indonesia dari bahan bakar fosil dan meningkatkan energi terbarukan. Saya mengundang Anda semua untuk memanfaatkan peluang yang ada, terutama bagi industri Jerman yang inovatif dan ramah lingkungan,” papar Scholz.
Kesepakatan
Perhelatan ini menghasilkan sejumlah kesepakatan kerja sama di antara pemerintah kedua negara maupun pebisnis. Menteri Perindustrian RI Agus Gumiwang Kartasasmita membeberkan 27 perjanjian kerja sama yang diteken pihak Indonesia, meliputi satu kesepakatan kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan Jerman (Government to Government/G to G), empat kesepakatan secara Government to Business (G to B) atau pemerintah dengan pelaku bisnis, dan sebanyak 22 kesepakatan yang dilakukan secara Business to Business (B to B) atau antarperusahaan. Nilai total komitmen kerja sama investasi ini mencapai lebih dari 1,9 miliar dollar AS.
Kesepakatan G to G yang ditandatangani adalah Pernyataan Kehendak Bersama (Joint Statement Declaration of Intent) antara Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI dan Kementerian Federal Urusan Ekonomi dan Aksi Iklim (Federal Ministry for Economic Affairs and Climate Action) Jerman tentang Kerja Sama Ekonomi Bersama (Joint Economic Cooperation).
Untuk lingkup kerja sama secara G to B meliputi peningkatan sumber daya manusia dalam pembangunan dan transformasi industri 4.0, pengelolaan limbah menjadi energi, pengelolaan limbah dengan menggunakan sirkular ekonomi, serta kolaborasi pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Area kerja sama yang dilakukan secara B to B antara lain pada pengelolaan teknologi energi yang berkesinambungan, investasi tentang penggunaan energi solar, pengembangan semikonduktor, peralatan medis dan keamanan industri manufaktur. Kerja sama juga terjalin untuk pengelolaan limbah menjadi energi, pendirian pusat pabrik kimia dan molding, pendirian pusat pembelajaran, kerja sama dalam ekosistem pengisian ulang kendaraan listrik (electric vehicle-EV) dan informasi digital industri 4.0.
Selain itu, terang Agus, terdapat kerja sama pengembangan Internet of Things (IoT), mesin Computerized Numerical Control (CNC) milling dan sistem pembelajaran tentang ventilator medis, solusi digital untuk Industri Kecil dan Menengah (IKM) dan servis secara digital, serta pembuatan radar. Kerja sama ini melibatkan sejumlah perusahaan swasta dan BUMN.
Ia menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah menyatakan komitmennya dalam upaya peningkatan investasi di Indonesia. Langkah ini diharapkan dapat mengakselerasi peningkatan daya saing industri dan pertumbuhan ekonomi nasional.
“Penandatanganan kerja sama industri ini dapat membawa banyak perubahan dalam peningkatan industri di berbagai bidang dan juga membuka akses pasar industri yang lebih luas,” jelas Agus yang turut serta dalam delegasi Indonesia di Hannover, Jerman, Senin (17/4).
Indonesia memanfaatkan ajang ini untuk memperkenalkan kekuatan teknologi industri nasional serta mendorong keterhubungan industri Indonesia dengan jejaring rantai suplai global. Melalui jejaring tersebut, Indonesia tidak hanya mengandalkan potensi kekuatan pasar dunia melainkan turut berkontribusi dalam menunjang perkembangan teknologi industri dan pendukungnya
Rezim pajak
Republik Federal Jerman merupakan salah satu negara terbesar di Eropa dengan populasi lebih dari 80 juta jiwa yang terdiri dari 16 negara bagian federal dan sejumlah kota. Administrasi pajak diselenggarakan oleh otoritas pajak federal, otoritas pajak negara bagian, dan otoritas pajak kota. Administrasi pajak federal meliputi Kementerian Keuangan Federal sebagai otoritas pajak federal tertinggi dan otoritas pajak federal bawahan seperti Kantor Pajak Pusat Federal.
Pemerintah federal, negara bagian, dan kota mengenakan pajak terhadap korporasi dan individu. Korporasi yang terdaftar atau berkedudukan di Jerman wajib membayar pajak penghasilan badan dengan tarif sebesar 15 persen ditambah biaya solidaritas sebesar 5,5 persen. Perusahaan juga dikenai pajak perdagangan yang dipungut oleh pemerintah kota dengan tarif bergantung pada pengganda lokal sekitar 7–17 persen.
Tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) standar di Jerman saat ini adalah 19 persen. Adapun barang dan jasa tertentu seperti makanan, buku, dan akomodasi hotel diberi pengurangan tarif PPN sebesar tujuh persen. Selama periode 30 Juni 2020 hingga 31 Desember 2022, tarif PPN untuk layanan restoran dan katering (tidak termasuk penyediaan minuman) diturunkan dari 19 persen menjadi 7 persen.
Pemerintah Jerman memberlakukan rezim pajak khusus untuk perpajakan dana investasi dan investor dalam dana investasi. Di bawah rezim pajak ini, pendapatan dana investasi sebagian dikenakan pajak di tingkat dana investasi dan sebagian dikenakan pajak di tingkat investor, atau, dalam keadaan tertentu, dana investasi diperlakukan sebagai pajak transparan dan pendapatan dana investasi sepenuhnya dikenakan pajak pada tingkat investor.
Negara ini juga menerapkan pajak warisan dan hadiah atas transfer properti dengan tarif berkisar antara 7–50 persen. Ada sekitar 30 jenis pajak lainnya yang berlaku atau mungkin tidak berlaku untuk investasi di Jerman bergantung keadaan. Ini termasuk pajak asuransi, pajak energi, pajak listrik, pajak lalu lintas udara, pajak gereja, pajak mobil, beberapa pajak untuk berbagai jenis alkohol, pajak tembakau, hingga pajak kopi. Jerman tidak mengenakan pajak untuk layanan digital.
You must be logged in to post a comment Login