Connect with us

Resto

Nasgor Artistik di Kafe Antik

Ruruh Handayani

Published

on

Foto: Rivan Fazry

Ingin merasakan suasana tempo dulu sembari mencicipi hidangan nusantara nan artistik? Bertandanglah ke Cafe Batavia.

 

Di tengah gemerlap dan modernitas Jakarta, tersimpan sudut-sudut historis yang terjaga hingga kini. Salah satu sudut itu bernama Kota Tua Jakarta. Kawasan Batavia Lama yang dibangun sejak zaman Belanda ini dulu digunakan sebagai pusat pemerintah sekaligus perdagangan karena lokasinya yang strategis. Kini, sederet bangunan di kawasan Kota Tua berstatus sebagai cagar budaya agar keaslian arsitektur bangunannya dapat dipertahankan.

Selain melawat ke museum, cara terbaik untuk mengagumi kejayaan arsitektur tempo dulu adalah mengunjungi Cafe Batavia. Berlokasi tepat di seberang Museum Fatahillah, kafe ini akan memandu Anda menyusuri jejak kehidupan masa lampau.

Baca Juga: Bancakan Berkesan di Resto “New Normal”

Marketing Communication Officer Cafe Batavia Daniel Desta Prayoga menjelaskan, bangunan lawas yang dibangun sekitar tahun 1805 ini sempat berganti kepemilikan dan beralih fungsi dari akomodasi perwira tinggi VOC sekaligus kantor administrasi, galeri seni, hingga menjadi kafe di tahun 1993. Statusnya sebagai Bangunan Cagar Budaya Golongan C memungkinkan empunya kafe mengubah bangunan dengan tetap mempertahankan pola tampak muka, arsitektur utama, dan bentuk atap bangunan.

“Kafe ini umurnya sudah sekitar 26 tahun, kami enggak merenovasi (bangunan). Bahkan, dari lantai hingga jendela itu masih asli dari dulu. Cuma, ada penambahan baja (di plafon) seperti di area resepsionis untuk memperkuat bangunannya agar tetap kokoh. Jadi, kami intens merawat bangunan ini,” ujar Daniel kepada Majalah Pajak di Cafe Batavia, Jakarta, Kamis (16/7).

Interior bangunan kafe yang tak ubahnya seperti galeri seni dengan hamparan ratusan foto di hampir seluruh dindingnya, menjadi salah satu keunikan lain yang dirindukan pengunjung setianya. Daniel menyebut, sebagian foto adalah koleksi pribadi pemilik kafe, sebagian lainnya merupakan hasil jepretan manajemen saat tamu-tamu penting datang berkunjung, seperti Ratu Swedia, Wakil Presiden Argentina, dan Presiden Slovakia.

Daniel bersyukur, kegiatan berkunjung ke kafe antik ini seolah menjadi agenda wajib bagi tamu kenegaraan yang datang ke Indonesia. Selain sarat kenangan, beberapa foto di lantai dua juga terbilang unik, karena di balik pigura terdapat daftar menu hidangan penutup. Kafe dua lantai ini terdiri dari lounge di lantai pertama, dan ruang makan utama di lantai dua yang disebut Grand Salon.

Baca Juga: Bila Lapar Datang Mendadak

Jika Anda bersama keluarga, kami sarankan untuk memilih bersantap di lantai dua. Selain bebas asap rokok, Grand Salon juga memiliki area yang lebih lapang berkat jendela-jendela besar bermaterial kayu. Deretan jendela ini juga sering menjadi spot foto yang menarik dengan Taman Fatahillah dan Museum Fatahillah sebagai latarnya.

Protokol kesehatan

Ketika pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diberlakukan di Jakarta, kafe tetap beroperasi tetapi tidak menerima tamu yang makan di tempat, hanya melayani pesanan antar atau pembelian dibawa pulang. Kini, di masa PSBB transisi, tamu boleh bersantap di kafe. Daniel meyakinkan kafe tetap memberlakukan protokol kesehatan dengan ketat, sehingga pengunjung dipastikan aman dan nyaman.

Di pintu masuk kafe, staf akan memeriksa suhu Anda dengan thermo gun. Anda juga dianjurkan menggunakan pencuci tangan sebelum masuk ke area kafe. Pengunjung juga diharuskan mengenakan masker saat memasuki kafe. Seluruh staf kafe juga diwajibkan memakai masker atau pelindung muka selama bertugas.

Siang itu kafe terlihat lebih lowong, karena kafe tidak boleh menerima pengunjung di atas 50 persen daya tampungnya. Jadilah penempatan kursi dan meja ditata ulang. Daniel mengklaim, jumlah pengunjung bahkan tidak sampai 50 persen kapasitas normalnya. Sebelum pandemi, kafe ini bisa dikunjungi 700 hingga 1000 orang per hari.

“Kalau di lantai atas, kami biasanya 175 pax untuk kapasitas seat-nya, sekitar 80 atau 70 (orang),” kata Daniel. “Dan di bawah ini biasanya kami 75 atau 80 (orang), sekarang ini cuma sekitar 40-an.”

Daniel pun menyayangkan kawasan Kota Tua yang masih ditutup untuk umum, karena itu cukup memengaruhi tingkat kunjungan kafe. Selain itu, area parkir yang ikut-ikutan ditutup membuat pengunjung mesti mencari parkir di luar kawasan Kota Tua.

“Tamu tetap bisa drop off dekat area kafe, tapi untuk parkir memang ada di terminal Jembatan Kali Besar, mesti jalan sedikit. Ke depan, kami ada plan untuk menyediakan vallet khusus.”

Kegiatan berkunjung ke kafe antik ini seolah menjadi agenda wajib bagi tamu kenegaraan yang datang ke Indonesia.

Sajian artistik

Menu yang disajikan di kafe mewah ini adalah kuliner nusantara. Namun, Executive Chef sekaligus General Manager Cafe Batavia Donny Kumala secara cerdas memadukannya dengan metode memasak modern sehingga menghasilkan kreasi hidangan premium. Chef Donny juga menyertakan seni pada setiap presentasi makanannya.

Baca Juga: Aroma Perjuangan di Sekilo Kopi

Alih-alih menyebutnya fusion, Chef Donny menyebut konsepnya ini sebagai Progressive Indonesian, karena setiap kreasi hidangan berasal dari resep dan cita rasa nusantara, berbalut presentasi modern. Dipastikan, tamu tak akan menemukan rasa dan presentasi hidangan yang biasa-biasa saja di kafe ini.

“Tamu kami mayoritas turis, banyak ekspatriat juga. Selain menikmati historical building, mereka juga menikmati produk kami. Jadi, kami ingin mereka bisa coba masakan dari Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi. Ketika tamu makan signature dish di sini langsung akan selalu ingat. Misalnya saja Nasi Goreng Roa; bentuknya beda, presentasinya beda, rasanya juga beda,” urai Chef Donny.

Chef Donny pun membuktikan ucapannya dengan membawakan kami seporsi Nasi Goreng Roa. Dengan tampilan artistik, Chef Donny membawa konsep pantai untuk menu ini. Ada nasi goreng sebagai butiran pasir, rolade telur yang digulung dengan lembaran rumput laut dan acar seolah menjadi kursi-kursi santai, beberapa taoge menyerupai pohon-pohon kelapa, kerupuk yang seolah menjadi karang, hingga saus rajungan yang dibuat hingga berbusa agar menyerupai deburan ombak.

“Konsep menu ini memang seafood semua, karena Indonesia kaya akan hasil laut. Signature menu selalu berganti-ganti; cuma Nasi Goreng Roa yang selalu ada karena penggemarnya banyak. Dan menu ini juga pernah mendapatkan gold medal tahun lalu di ajang Salon Culinaire di Jakarta.”

Sebelum menyantapnya, Chef Donny meminta kami mengaduk nasi goreng beserta seluruh bahan pelengkapnya. Benar saja, paduan berbagai tekstur serta kompleksitas rasa asam, pedas, gurih, asin justru menghasilkan rasa yang seru, ringan, dan tentunya nikmat.

Untuk pencinta cocktail, Beverage Manager Cafe Batavia Arief Adiyaksa Putra merekomendasikan Historia. Minuman beralkohol ini merupakan kreasi yang memadukan antara bahan lokal Indonesia dengan jenis alkohol yang telah mendunia. Historia juga dilengkapi dengan camilan (nibble) semprong yang ditampilkan secara unik.

“Historia kami ambil dari classic cocktail Negroni yang kami twist atau improvisasi sama local ingredient, yaitu kopi. Negroni, kan, sudah hampir semua bar punya, tapi kalau Historia kami doang yang punya,” jelas Arief yang kerap disapa Baonk ini.

Baca Juga: Iftar di Rumah, Hidangan dari Restoran

Baonk memastikan, tamu akan mendapat pengalaman baru saat memesan minuman ini, karena bartender akan meracik minuman langsung di meja tamu.

“Kami racik minumannya di depan tamu, lalu kami jelasin historinya sama ingredient yang kami pakai. Jadi, kami educate tamu juga. Apa yang mereka minum, apa yang mereka rasakan, mereka juga tahu.”

 

Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Resto

Sehat-Nikmat ‘tuk Semua Usia

Ruruh Handayani

Published

on

Restoran ini ingin membuktikan kepada Anda bahwa makanan dan minuman sehat bisa memiliki rasa yang sangat enak.

Sebagian besar dari kita tumbuh dengan asupan makanan ultraproses yang mengandung gula, garam, dan lemak dalam dosis tinggi. Makanan olahan juga banyak memuat gula tersembunyi, sehingga Anda tidak menyadari telah kecanduan akan rasa itu. Hasilnya, Anda akan cepat bosan ketika mencoba menikmati makanan sehat yang cenderung irit bumbu atau menggunakan metode memasak yang itu-itu saja—seperti rebus dan kukus.

Inilah mengapa begitu banyak orang menyerah pada tujuan mereka untuk menerapkan pola makan sehat, karena visual makanan seringnya tidak sejalan dengan rasa yang dikecap. Tak puas dengan keadaan ini, Dylan De Silva membuka restoran dengan konsep makanan sehat bernama Terra.

Sejak dibuka pada 4 Desember 2019, restoran ini membuktikan kepada pelanggannya bahwa makanan sehat juga bisa enak apabila menggunakan metode, bahan, rempah, dan proses yang tepat.

F&B Director Terra Nikola Djordjevic Ivanov mengatakan, dengan kemajuan teknologi saat ini serta kekayaan rempah dan ragam sayur-mayur yang Indonesia miliki, tim dapur beserta manajemen terus mengembangkan berbagai macam menu sehat dengan rasa yang enak. Dengan begitu, Terra bisa menjangkau pasar lebih luas lagi—tidak terbatas pada penggiat kesehatan dan atlet saja, tapi semua kalangan di semua usia.

Hangat dan nyaman

Berlokasi di kawasan Senopati, Jakarta Selatan, restoran ini ditampilkan dalam suasana yang kasual, ringan, dan hangat dengan pengaplikasian warna-warna dinding yang cerah dan pencahayaan yang terang berartistik. Penempatan beberapa jenis tanaman di setiap meja makan dan di beberapa sudut ruang merupakan simbol Terra banyak memanfaatkan bahan alami sebagai komponen penting dalam menu-menunya.

“Jakarta adalah salah satu kota tersibuk di dunia. Kita disuguhi polusi, kemacetan, kepadatan, dan kebisingan. Namun, pengunjung yang masuk ke sini akan merasakan kehangatan dan kenyamanan karena disambut oleh tanaman-tanaman hijau, kayu-kayuan, warna dinding yang cerah,” jelas Nikola saat tim Resto berkunjung ke Terra, Rabu (18/11).

Yang menarik perhatian kami adalah sebuah sepeda yang digantung di jendela utama restoran. Nikola mengungkapkan, ide itu dicetuskan oleh pemilik restoran yang kesehariannya sangat aktif berolahraga. Harapannya, dengan adanya simbol nan ikonis itu, pengunjung juga dapat terinspirasi untuk hidup aktif dan sehat terutama di masa pandemi ini.

“Orang-orang perlu waspada terhadap kesehatan dan harus berhati-hati dengan apa yang dimakan—ada atau tidak adanya pandemi. Anda tetap harus konsisten tentang gaya hidup sehat. Makan sehat, hidup sehat, tersenyum, dan nikmati hidup Anda,” ucap Nikola.

Sehat dan nikmat

Setiap makanan dan minuman yang ditawarkan di sini merupakan hasil riset yang tak main-main. Terra yang berkomitmen menyajikan makanan sehat tapi enak juga selalu mengembangkan dan mengganti menu-menunya secara reguler agar pengunjung tak merasa bosan jika datang ke sini setiap hari.

Build Your Own Hot Bowl merupakan konsep andalan Terra yang membebaskan Anda untuk memilih sendiri komponen-komponen yang tersedia di etalase mulai dari protein, karbohidrat, sayuran, dan sausnya.

“Etalase ini berubah setiap minggunya. Bisa saja proteinnya yang berganti, atau proses masaknya yang berbeda,” ujar Nikola. “Beberapa sayuran utama seperti brokoli, kembang kol, atau wortel kami ubah secara konsisten juga. Karena jika disamakan, pengunjung bisa bosan sehingga tujuannya untuk konsisten mengonsumsi makan sehat berubah.”

Kami pun mencoba berkreasi pada menu ini dengan memilih protein salmon; karbohidrat berupa shirataki dan brown rice; serta sayurannya berupa brokoli, wortel, dan timun zucchini yang telah ditumis dengan sedikit minyak zaitun. Filet salmon rebus dengan berat 100 gram yang dipadu dengan berbagai rempah ini berhasil mengejutkan kami dengan teksturnya yang super lembut dan rasanya yang nikmat.

Belum lagi jika dimakan lengkap bersama nasinya yang enak sekaligus mengenyangkan. Nikola mengatakan, meski porsinya terlihat besar menu ini ideal untuk dikonsumsi satu orang.

“Jika Anda menjaga pola makan, Anda harus makan dengan benar dalam porsi itu. Beberapa orang akan merasa kekenyangan karena mereka mengonsumsi makanan ringan sebelumnya. Dan, Anda harus berhati-hati mengonsumsi camilan karena terkadang itu jauh lebih buruk daripada makanan yang sebenarnya.”

Nikola kemudian membawakan salah satu hidangan baru, yakni Beef Chipotle. Menu ini terdiri dari daging tenderloin yang dipanggang secara perlahan di waktu yang lama, nasi cokelat pilaf, jagung bakar arang, dan campuran kacang-kacangan. Yang tak boleh dilewatkan adalah mencicipi Spicy Chicken Caesar Wraps.

Bungkus tortilla terbuat dari gandum utuh dengan isian selada romaine, potongan ayam, saus caesar, ketimun, bawang, tomat, telur, bacon, hummus, dan furikake. Nikola mengatakan kalau isian ini ditumis terlebih dahulu dengan menggunakan banyak bawang putih, bumbu-bumbu, dan sedikit minyak zaitun agar lebih bertekstur.

Untuk minumannya, kami sarankan Anda memesan Green Goddess yang baik bagi pencernaan dan mengandung berbagai vitamin yang dibutuhkan tubuh, terdiri dari bayam, kale, jeruk, apel, lemon, dan madu yang diblender. Kesegaran dan kenikmatan jus sehat ini dapat menjadi teman yang pas buat hari-hari aktif Anda.

Pencinta aneka beri sebaiknya memesan Mix Berries yang berisi campuran stroberi, rasberi, bluberi, madu, dan susu almond atau yogurt. Anda tidak perlu menambahkan gula pada minuman ini karena buah beri memiliki kandungan gula positif.

Terra juga menawarkan Meal Plan untuk mendukung program sehat Anda, sehingga tak perlu repot-repot memikirkan menu harian apalagi jumlah kalorinya. Meal Plan terbagi menjadi empat program, yakni Clean Eating, Weight Loss, Plant-Based, dan Sports Nutrition. Sebagai catatan, program ini hanya bisa dipesan dengan metode 10 kali dan 20 kali pengiriman.

Bagi Anda yang gemar bersepeda bisa mampir sarapan ke restoran ini di akhir pekan, karena Terra juga menyajikan menu-menu sarapan yang tidak kalah lezatnya seperti Breakfast Benedict, Brown Rice Fish Porridge, dan Apple Pie.

Continue Reading

Resto

Kembali ke Selera Nusantara nan Juara

Ruruh Handayani

Published

on

Foto: Rivan Fazry

Meski di tengah pandemi, restoran ini tetap diminati karena kelezatan makanan, kenyamanan tempatnya, juga protokol kesehatannya yang ketat. 

 

Kepopuleran Tangerang Selatan ditandai dengan menjamurnya ragam destinasi kuliner berkonsep kekinian. Salah satu restoran keluarga yang tengah menjadi hype bernama Kayu Kayu Restaurant.

Berlokasi di kompleks Alam Sutera, Serpong Utara, Kayu Kayu mengakomodasi kebutuhan akan tempat bersantap, pertemuan keluarga, rapat, arisan, hingga momen spesial. Empunya resto yang juga pendiri Kosenda Hotel memang terkenal brilian dalam menciptakan arsitektur, sekaligus interior di setiap properti yang dimilikinya.

Serbakayu

Belum lagi masuk ke restoran, pandangan kami terpusat pada puluhan kayu balok yang disusun apik seolah mengapung menghiasi bagian atas fasad. Tumpukan kayu balok ini sebagai penegasan restoran yang beroperasi sejak 31 Juli 2017 ini didominasi oleh material kayu. Namun, Kayu Kayu lebih dari itu.

Kekaguman kami berpaling menuju kolam ikan koi dengan gemericik airnya, pepohonan, juga cuitan burung-burung yang bersahutan di teras restoran. Melalui pendekatan alam, restoran ini ingin mengajak setiap pengunjung melepaskan segala penat juga kegelisahannya di luar, untuk menerima segala ketenangan dan pengalaman bersantap baru yang ditawarkan di sini.

Baca Juga: Bancakan Berkesan di Resto “New Normal”

Suasana alam juga kami dapatkan setelah melangkah masuk. Kami dihadapkan dengan tangga spiral ganda yang melingkari pohon pulai atau Alstonia raksasa dengan kolam ikan koi di bawahnya. Tangga spiral ini merupakan focal point yang menjadi incaran latar berfoto para pengunjungnya.

Berbagai dekorasi bermaterial kayu juga menambah nilai artistik restoran ini. Misalnya saja kap lampu yang terbuat dari potongan tripleks yang dilengkungkan dan disusun sedemikian rupa. Potongan tripleks ini juga dimanfaatkan menjadi dekorasi dinding di ruang makan privat.

Plafon yang tinggi dengan atap kaca di bagian tengahnya, ditambah bukaan yang lebar pada jendela-jendelanya membuat restoran dua lantai ini terasa terang, lapang, juga sejuk. Tidak hanya serius pada tata ruang restoran, pengelola juga mengaplikasikan protokol kesehatan yang ketat.

Ini diperlihatkan dengan pengurangan kapasitas tempat duduk hingga 50 persen, penempatan batas transparan berbahan akrilik di setiap meja, juga piring dan alat makan yang di-wrapped agar lebih steril. Selain itu, pengelola juga memberlakukan tes cepat Covid-19 setiap 14 hari sekali.

“Kami patuh banget dengan peraturan daerah yang dikeluarkan Provinsi Tangerang Raya. Kami juga sudah tervalidasi oleh PHRI, Dinas Pariwisata Tangerang Selatan, dan Dinas Pariwisata Provinsi Tangerang Raya. Biar tamu yang datang ke sini merasa lebih tenang, merasa lebih aman, jadi kami pun lebih percaya diri,” ujar Director of Operations Kayu Kayu Iwan Irawan kepada Majalah Pajak, Rabu (30/9).

Maka, tak heran walaupun di masa pandemi restoran ini selalu ramai oleh pengunjung setiap harinya. Bahkan, Iwan menganjurkan untuk memesan tempat beberapa jam sebelumnya, agar Anda tak perlu menunggu terlalu lama di halaman restoran.

Asli Indonesia

Jika pemilik restoran merupakan kunci di balik desain interior nan mengagumkan, maka Iwan adalah konseptor ulung di setiap menunya. Pengalaman 25 tahun di industri perhotelan membuat Iwan dipercaya meramu sekaligus meracik semua menu yang tersaji di sini. Makanan bertema nusantaralah yang dipilihnya.

Masakan yang enak itu berasal dari bahan makanan yang bagus dan cooking method yang benar.

“Kalau pagi kita makan masakan Indonesia, siang Indonesia, malam Indonesia, it’s fine enggak boring. Tapi kalau breakfast makanan Western, siangnya makan pasta, malamnya steak saya rasa kurang cocok dengan budaya kita. Dan, saya mau makanan Indonesia menjuarai culinary dunia,” ujar Iwan.

Baca Juga: Sepotong Nostalgia Mengalir di Meja

Iwan mengklaim, restoran ini hanya menggunakan bahan-bahan berkualitas premium. Inilah yang membedakan cita rasa restoran ini dengan restoran berkelas lainnya. Iwan pun menyebut konsep menunya dengan makanan Indonesia naik kelas.

“Masakan yang enak itu berasal dari bahan makanan yang bagus. Kalau main ingredient-nya sudah bagus, cooking method-nya benar, sesuai dengan recipe, masakannya pasti enak.”

Kami pun mencicipi beberapa hidangan andalan yang dibawakan oleh Sous Chef Kayu Kayu Sammy. Karena mengusung restoran keluarga, setiap porsi yang dihidangkan di sini memungkinkan untuk dinikmati dua-tiga orang. Hidangan pembuka yang kami coba yakni Martabak Telor. Bukan sembarang martabak, kudapan ini terbuat dari adonan yang di-resting selama 24 jam di dalam chiller.

Chef Sammy mengungkapkan, adonan didiamkan selama itu untuk mendapatkan kulit yang renyah di luar, lembap di dalam. Isian martabak pun lengkap dan melimpah seperti potongan daging sapi khas dalam yang sudah dimasak dengan beberapa rempah, bawang bombay, dan daun bawang. Pilihan martabak lainnya yakni Martabak Telor tanpa daging khusus untuk vegetarian, dan Martabak Manis beraneka isian.

Di hidangan utama, ada Ayam Bakakak. Berupa daging Ayam utuh yang dipanggang setelah diungkep dengan bumbu kuning. Sajian khas Jawa Barat ini disajikan di atas sebuah wadah kayu menyerupai talenan dan beralaskan daun pisang, lengkap dengan empat macam sambal yakni matah, dabu-dabu, sambal colo-colo, dan sambal bawang. Dengan begitu, Anda dan keluarga bisa merasakan daging ayam dengan sensasi rasa yang berbeda-beda.

Hidangan andalan yang tak kalah nikmatnya yaitu Soto Betawi. Kunci kenikmatan soto ini ada pada kuahnya yang diolah dari bumbu halus dan rempah, susu evaporasi, juga santan premium; ditambah daging sapi dan jeroan impor kualitas terbaik.

Selain daging dan jeroan yang empuk, kuah soto terasa lezat lagi ringan walau terlihat creamy. Jangan lupa santap bersamaan dengan emping, minyak samin, perasan jeruk nipis, bawang goreng, dan sambal merah (chili ginger) sebagai pelengkap kenikmatan rasanya.

Berikutnya, yakni Nasi Goreng Kambing Bule. Nasi goreng ini dimasak menggunakan bumbu kari Indonesia sehingga berwarna kuning. Aroma asap pada nasi goreng yang tercium di setiap suapan semakin lengkap dengan tambahan sepotong daging kambing premium. Chef Sammy berujar, meskipun pakai daging kambing impor, bumbunya tetap resep nusantara.

Kayu Kayu juga menyediakan aneka sayur tradisional seperti Tumis Bunga Pepaya dan Tumis Jantung Pisang. Meski kedengaran asing bagi warga metropolitan, kedua jenis sayuran ini paling banyak diminta pengunjung.

Baca Juga: Nasgor Artistik di Kafe Antik

Untuk hidangan penutup, kami sarankan Anda mencoba Selendang Mayang. Minuman asal Jakarta ini berisi air santan disertai kue lapis tipis berwarna-warni yang menyegarkan. Rasa santan pun terasa ringan di lidah dengan manis gula aren yang pas.

Saat cuaca terik, pesanlah minuman-minuman andalan Kayu Kayu yang menyegarkan seperti Ambarella Sugarcane, Passion Basil, dan Strawberry Peach Cooler. Restoran ini juga menyediakan cake aneka rasa untuk hari-hari spesial Anda seperti Banana Chocolate Cheese Cake, Mango Panna Cota, dan Mocca Nougat.

Continue Reading

Resto

Sepotong Nostalgia Mengalir di Meja

Ruruh Handayani

Published

on

Foto: Rivan Fazry

Hidangan klasik dan tata ruang restoran ini menjanjikan pengalaman bernostalgia ke masa lalu.

 

Jakarta menjadi salah satu tujuan wisata favorit bagi komunitas pencinta romantisme masa lampau. Berkuliner di restoran bergaya Eropa klasik biasanya juga menjadi kegiatan yang tak dilewatkan oleh penjelajah zaman lawas ini.

Beberapa restoran berkonsep fine dining seperti ini bisa Anda temukan di beberapa titik wilayah di ibu kota. Jika Anda penasaran ingin menyantap sajian nusantara nan lezat sembari bernostalgia ke masa lampau, barangkali Paloma Resto bisa menjawab kebutuhan Anda—akan masa lampau, maupun makanan lezat.

Mengandung sejarah

Berlokasi di lobi Hotel Des Indes Menteng, Jakarta Pusat, Paloma Resto kental akan nuansa kolonial, juga Batavia tempo dulu. Meski berada di tepi jalan protokol, suasana dalam restoran tampak tenang dan elegan. Betapa tidak, Paloma Resto dibuat semirip mungkin dengan restoran yang berada di Hotel Des Indes zaman kolonial yang berlokasi di Jl. Gajah Mada (dulu Jalan Molenvliet West), Harmoni, Jakarta Pusat.

Marketing & Business Development Executive, Cindy Unsri mengungkapkan, pemilik hotel ini rupanya pernah menginap di Hotel Des Indes semasa kecilnya. Demi merawat potongan kenangan itu, ia sengaja membuat hotel lengkap dengan restorannya. Bahkan, restoran ini beroperasi setahun lebih cepat ketimbang hotelnya, agar pengunjung dapat mengintip seperti apa konsep hotel butik ini.

“Kami ingin menunjukkan bahwa kami ada sejarahnya. Dulu, Hotel Des Indes, kan, ada di Harmoni, sekarang ada di Menteng. Jadi, kami mengajak tamu-tamu yang masuk ke restoran ini bernostalgia ke masa lampau, saat Hotel Des Indes lama masih berjaya,” tutur Cindy kepada Majalah Pajak, Jumat (14/8).

Baca Juga: Bancakan Berkesan di Resto “New Normal”

Restoran ini terbagi menjadi dua ruang makan; dalam ruangan merupakan ruang makan utama yang lapang dan hangat, dan luar ruangan untuk suasana bersantap yang lebih relaks. Kemiripan desain interior restoran lebih difokuskan pada ruang makan utama. Anda akan menemukan beberapa pilar seperti restoran aslinya, lengkap dengan lekukan-lekukan arsitektur yang lazim ada pada bangunan Eropa kuno.

Sementara sentuhan Betawi dan Jawa dihadirkan melalui furnitur dan ornamen jadul yang dapat membangkitkan pengalaman nostalgia, di antaranya kursi-kursi, aneka lampu Demang khas Betawi yang ditempel dan digantung di banyak titik, taplak batik, dan bufet.

Agar tak lekang oleh waktu, restoran ini juga ditambahi sentuhan modern seperti bukaan yang lebar, aplikasi warna cat hijau pastel nan lembut di beberapa sisi dinding, dan beberapa lukisan kontemporer.

Cindy menjelaskan, selain untuk bersantap, restoran ini juga kerap dijadikan ruang serbaguna untuk berbagai perhelatan seperti seminar, arisan, ulang tahun, hingga pernikahan. Sebagai catatan, selama PSBB Transisi DKI Jakarta, manajemen juga menerapkan sejumlah protokol kesehatan, seperti membatasi pengunjung hingga 50 persen total kapasitas restoran, pengunjung dan staf harus memakai masker, dan menggunakan sanitasi tangan sebelum memasuki area restoran 

Hidangan klasik

Executive Chef Hotel Des Indes Menteng Subardi Waluyo dan tim dapur menyiapkan sekitar 40 menu nusantara dan internasional yang akan memuaskan selera bersantap Anda. Chef Subardi mengatakan, sebagian besar menu di sini adalah hidangan klasik yang selalu menjadi favorit banyak orang, meski telah melintasi zaman.

Sebagian besar menu adalah hidangan klasik yang selalu menjadi favorit banyak orang meski telah melintasi zaman.

Salah satu menu yang bisa Anda cicipi yakni Grilled Steak Salmon. Dilengkapi dengan mashed potato dan kucuran saus lemon, salmon yang dipanggang dengan lumuran saus lada hitam ini akan membuat Anda berkali-kali berdecak kagum.

Baca Juga: Nasgor Artistik di Kafe Antik

Salmon dipanggang di atas wajan panggang beberapa menit hingga menghasilkan kematangan yang pas; sensasi kulit renyah di luar, daging lembut di dalam. Apalagi, ketika disuap berbarengan dengan mashed potato yang terbuat dari kentang pilihan dan susu segar, membuat rasa olahan ikan semakin nikmat dikonsumsi.

Menu spesial lainnya yaitu Oxtail Soup atau Sup Buntut. Aroma rempah dari kepulan kuah sup panas membuat kami tak sabar ingin mencicipinya. Tak hanya sedap di hidung, kuah sup buntut ini juga nikmat di mulut. Cengkih, pala, dan jahe merupakan bintang utama di menu ini. Chef Subardi mengungkapkan, rempah-rempah menjadi salah satu pembeda dari sup buntut lainnya. Rempah-rempah itu juga meresap hingga ke dalam daging buntut sapi.

Menu ini sempurna berkat daging buntut yang empuk dan mudah lepas dari tulangnya. Terang saja, Chef Subardi bilang kalau buntut sapi ini direbus dua kali dan memakan waktu cukup lama. Perebusan pertama berfungsi untuk menghilangkan sisa darah dan kotoran yang tersisa, lalu perebusan kedua selama 2,5 jam untuk pengempukannya.

Kalau Anda penyuka pedas, Anda bisa menambahkan sambal hijau yang disajikan bersama sup. Lantaran kesempurnaan rasanya, tak heran jika hidangan ini termasuk dalam 10 besar menu favorit pengunjung.

Untuk hidangan penutup, kami mencicipi Pancake dengan siraman sirup maple. Meski klasik, si kue dadar manis dan lembut ini menjadi dessert yang kerap dipesan saat sarapan tiba. Saking disukai oleh tamu hotel, kudapan ini rencananya akan disisipkan ke buku menu oleh Chef Subardi.

Sementara untuk minumannya, pastikan untuk memesan sebotol Blood Bag. Jus berwarna merah segar ini merupakan campuran dari apel fuji, jeruk, stroberi, dan naga. Kemasannya pun menarik karena berada dalam sebuah botol kaca berukuran 250 mililiter.

Agar lebih mendapatkan pengalaman bersantap yang mewah dan ekslusif seperti di Hotel Des Indes kala itu, cobalah memesan konsep jamuan makan rijsttafel yang disebut Parade. Rijsttafel (Belanda) secara harfiah berarti ‘meja nasi’ adalah penyajian makanan lengkap dan berurutan—diawali dengan makanan pembuka, lalu makanan utama, dan diakhiri dengan makanan penutup—dengan pilihan hidangan yang mencerminkan keragaman etnis di Indonesia.

Baca Juga: Iftar di Rumah, Hidangan dari Restoran

Di restoran ini, Anda bersama tamu yang lain cukup duduk di kursi masing-masing, sementara pramusaji yang berbaris rapi dan membawa berbagai macam hidangan Indonesia dan barat, akan mengelilingi meja Anda dan tamu lain secara dramatis. Ada puluhan menu makanan dan minuman yang terhidang secara teratur sebagai pembuka, hidangan utama, dan penutup. Untuk bisa menghadirkan Parade, Anda mesti menggelar sebuah acara atau pemesanan dengan minimal 30 tamu.

Continue Reading

Populer