Connect with us

TAX PEOPLE

Momen Apresiasi untuk Fiskus dan Wajib Pajak

Ruruh Handayani

Published

on

Foto: Dok. TaxPrime

Tak ada selebrasi berlebih apalagi waktu bersantai bagi Direktorat Jenderal Pajak (DJP) pada peringatan Hari Pajak tahun ini. Di tengah pandemi Covid-19, DJP punya tugas ekstraberat, yaitu mesti mengumpulkan pajak—dan berupaya memenuhi target penerimaan.

 

Vice Managing Director TaxPrime, RR. Nurul Setyawati berpendapat beratnya masa pandemi Covid-19 ini membuat roda ekonomi terhenti selama tiga bulan terakhir. Hari Pajak bisa setidaknya menjadi momentum yang tepat untuk membangkitkan kembali penerimaan pajak seiring bergeraknya lagi roda perekonomian pada akhir Juni 2020. Kegiatan sosialisasi dan edukasi perpajakan kepada masyarakat tentang pentingnya peran pajak dalam membiayai negara terutama di saat penanganan Covid-19 tentunya sangat relevan di hari pajak ini.

“Hari Pajak bisa dijadikan ajang edukasi untuk meluruskan informasi tentang pajak. Hari Pajak juga sangat tepat dimanfaatkan untuk sosialisasi insentif dan fasilitas perpajakan yang dikeluarkan Pemerintah untuk mendukung pemulihan ekonomi pada masa Covid-19 ini, apalagi pemanfaatannya bisa dilakukan secara on-line. Insentif ini tentunya akan membantu kemampuan ekonomi mereka” jelas Nurul kepada Majalah Pajak melalui sambungan telepon, di sela-sela kesibukannya, Kamis (18/6).

Baca Juga: Konsultan Pajak Harus Berperan Sebagai “Adviser”

Hari Pajak juga bisa menjadi ajang pemberian apresiasi kepada Wajib Pajak (WP) yang sudah patuh dan juga yang mau patuh. Manajemen dari salah satu firma konsultan pajak di Indonesia yang terpilih menjadi konsultan yang direkomendasikan oleh World Transfer Pricing untuk jasa transfer pricing dan World Tax untuk jasa tax controversy dan general tax ini berpendapat bahwa pada prinsipnya WP memiliki keinginan untuk taat pajak, tapi terkadang masih terbentur oleh minimnya pengetahuan aturan pajak.

“Saat ini WP yang mau patuh semakin banyak, hal ini tentunya juga perlu diapresiasi. Mereka yang meng-hire kami sebagai konsultan bukan hanya mereka yang sedang menghadapi masalah perpajakan. Tapi juga mereka yang ingin comply sama aturan, cuma mereka tidak paham aturannya dan apa saja kewajibannya. Berkembang pesatnya TaxPrime Compliance Center yang kami launch tahun 2017 itu menjadi awareness terhadap perpajakan WP semakin meningkat.”

Nurul juga bilang, masih terdapat WP yang masih sungkan untuk berkomunikasi atau berkonsultasi secara langsung dengan petugas pajak. Maka itu, fungsi konsultan adalah sebagai mitra strategis sekaligus sebagai connecting bridge antara DJP dan WP. Untuk menegaskan hal itu, Nurul memastikan kalau TaxPrime berupaya menjalankan fungsi tersebut dengan baik.

Baca Juga: Memaksimalkan Peran Strategis Konsultan Pajak

“Kami sangat menjaga hubungan baik dalam arti yang positif dengan DJP. Beberapa pegawai kami juga sebelumnya merupakan bagian dari DJP sehingga kami sangat menghormati institusi tersebut. Bagi kami, apa yang kami lakukan tidak semata-mata mengembangkan bisnis tapi juga harus memberikan kontribusi kepada negara. Di samping itu, meningkatkan kepatuhan WP juga sudah seharusnya menjadi salah satu fungsi konsultan pajak. DJP selalu melakukan continues improvement kepada instansinya, pegawai DJP sudah bekerja dengan sangat baik, sehingga konsultan pajak juga harus mendukung seoptimal mungkin. Begitu pula sebaliknya, DJP dapat bersinergi dengan merangkul konsultan pajak untuk turut berkontribusi dalam meningkatkan kepatuhan WP,” ungkapnya.

Mereka yang meng-hire kami sebagai konsultan bukan hanya mereka yang sedang menghadapi masalah perpajakan, tapi juga mereka yang ingin comply sama aturan.

Kini lebih baik

Nurul juga mengatakan, Hari Pajak juga seyogianya digunakan untuk mengapresiasi petugas pajak yang tetap berusaha memberikan pelayanan prima kepada WP di masa pandemi ini. WP tetap bisa terlayani dan berkonsultasi dengan AR atau petugas pajak di KPP terdaftar baik via telepon atau melalui aplikasi on-line.

“Saya rasa DJP adalah salah satu instansi pemerintah yang terus aktif meskipun selama tiga bulan ini kegiatan usaha dan perkantoran relatif terhenti. DJP mampu dengan cepat mengantisipasi keterbatasan kondisi saat PSBB dengan mengganti pelayanan perpajakan menjadi on-line, menambah saluran komunikasi baik telepon, W.A sebagai sarana konsultasi.” ucap Nurul.

Di mata Nurul, reformasi perpajakan yang terus-menerus dilakukan DJP berhasil membuat sistem yang semakin hari semakin baik. Mulai dari proses sosialisasi, pembenahan kantor pajak, integrasi sistem, dan lain-lain.

Baca Juga: Indonesia Butuh banyak Konsultan Pajak

“Saya sangat terkesan melihat perubahan pada DJP. Pelayanan DJP saat ini semakin mempermudah pembayaran pajak, pelaporan SPT dan pelayanan lainnya seperti mendapatkan SKF, SKD, dan lain-lain sudah bisa dilakukan secara on-line. Saya mengacungkan jempol kepada Humas DJP di seluruh Indonesia yang mampu mendekatkan pajak kepada masyarakat termasuk kepada generasi milenial dengan media sosialnya yang aktif baik Instagram, web, film-film pendek, maupun tampilan infografis untuk penyuluhan yang menarik. Pendekatan ini akan semakin memperbaiki pandangan masyarakat terhadap Pajak dan instansinya.”

Nurul yang pernah bekerja di DJP selama 12 tahun ini pun optimistis, DJP bisa menjawab semua tantangan berat selama pandemi ini. Di akhir pembicaraan, Nurul juga menyatakan pentingnya dukungan negara untuk menguatkan dan menyemangati petugas pajak dalam menghimpun penerimaan pajak dengan pemberian fasilitas yang mendukung pekerjaannya.

“Tentunya kondisi yang tidak mudah bagi pegawai DJP yang wilayah tugasnya sangat luas dari Sabang sampai Merauke. Saya rasa wajar negara memberikan perhatian yang besar kepada SDM DJP, sehingga mereka dapat fokus dan mendapatkan kesejahteraan yang tinggi, baik pendapatan, jaminan kesehatan yang lebih modern, fasilitas perumahan, dan fasilitas lainnya guna mendukung kerja mereka. Selamat Hari Pajak! Dengan gotong royong, kita bisa melewati masa ini.”

Baca Juga: Konsultan Pajak adalah Mitra Strategis DJP

 

Editor Majalah Pajak Freelance writer, Part-time Traveller, Full-time learner

TAX PEOPLE

Antara Virus, Hoaks, dan Mitos

Heru Yulianto

Published

on

Foto : Istimewa

Majalahpajak.net-Menjadi juru bicara penanganan Covid-19 membawa tantangan sendiri bagi Reisa Broto Asmoro atau yang lebih dikenal dengan Dokter Reisa. Menurutnya, tantangan paling besar adalah bagaimana mengedukasi masyarakat agar tidak mudah termakan hoaks atau mitos yang beredar di masyarakat seputar Covid-19.

“Jadi, saking mudahnya hoaks itu masuk dan dipercaya masyarakat sehingga antisipasi juga harus kencang banget dan memang harus evidence-based, harus kuat landasannya untuk menepis hoaks yang beredar dan harus cepat juga,” ungkapnya kepada Majalah Pajak, Rabu (02/02).

Awal 2021, beredar kabar bahwa masyarakat yang mempunyai penyakit penyerta atau komorbid belum bisa divaksin. Itu membuat masyarakat ragu divaksin. Padahal, yang punya komorbid itulah yang sebaiknya diutamakan untuk divaksin. Sebab, merekalah lebih rentan kalau sampai terinfeksi Covid-19.

Baca Juga : Kesadaran Masyarakat Membuat Angka Kasus Baru Covid-19 Kian Turun

“Kalau memiliki penyakit komorbid, tanyakan, konsultasikan kepada dokter spesialis atau dokter pribadi untuk memastikan bahwa kondisi tubuhnya dalam kondisi yang fit, sehat, dan stabil untuk menerima vaksin Covid-19, serta harus dilengkapi sebanyak minimal dua dosis. Dan kalau sudah lewat enam bulan, harus segera diberikan booster,” tambahnya.

Dokter Reisa mengimbau masyarakat untuk tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan minimal dengan melakukan 5M (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan membatasi mobilitas).

“Dan jangan panik. Meskipun muncul varian Omicron atau varian apa pun, tetap jalankan gaya hidup sehat aja,” ujarnya.

Menurut dokter yang juga dikenal sebagai presenter dan aktris ini, salah satu yang membuat masyarakat bertahan di tengah pandemi adalah pajak. Pajak telah memungkinkan tersedianya vaksin Covid-19 secara gratis sampai perawatan bagi masyarakat yang terinfeksi virus korona ini.

“Makanya kita harus menjadi Wajib Pajak yang baik. Dengan kita menjadi WP yang taat bayar pajak, maka kita bisa membantu masyarakat sekitar kita juga untuk segera keluar dari pandemi,” jelasnya.

Baca Juga : Menyiapkan Gugus Tugas Tingkat RT untuk Penanggulangan COVID-19

Berdasar pengalamannya, saat ini pelayanan di kantor pajak sudah amat baik. Petugas pajak tak segan membantunya dalam menyelesaikan permasalahan pajaknya. Pemenuhan kewajiban perpajakan juga kian mudah karena pemerintah telah menyediakan layanan pajak secara daring dan melalui e-commerce.

“Jangan takut sama pajak, tenang aja. Bagaimana pun juga, toh, ini untuk kebaikan bersama,” kata Reisa.

Continue Reading

TAX PEOPLE

Ada Cicilan di Balik Kreativitas

Heru Yulianto

Published

on

Efek pandemi begitu dirasakan oleh pria yang bernama lengkap Gusti Muhammad Abdurrahman Bintang Mahaputra atau yang lebih dikenal dengan sebutan Bintang Emon. Menurutnya, dunia stand-up comedy yang biasanya menyenangkan dengan melakukan pertunjukan secara langsung, kini menjadi sangat terbatas.

“Saat pandemi seperti sekarang pembatasan sosial berkala dan lainnya harus kita ikuti apa pun profesinya. Kalau dari aku kesulitan dalam membuat show. Pada akhirnya, ya aku coba salurkan lewat media lain. Makanya aku sekarang lagi fokus ke digital,” ungkapnya kepada Majalah Pajak, Senin (10/01).

Ia mengatakan pekerja kreatif sebaiknya memanfaatkan pandemi sebagai peluang agar tetap dapat bertahan, karena tugas seniman adalah membawa keresahan yang dirasakan lalu disampaikan kembali ke masyarakat.

“Kita yang melihat realitas di sekitar. Apa nih, yang bisa dijadikan menjadi sebuah karya seni? Jadi, enggak hanya mentok dengan keadaan, harus tetap bisa menyesuaikan dan beradaptasi,” katanya.

Kepada teman-temannya, Bintang memberikan tip agar tetap kreatif dan bertahan.

“Ambil banyak cicilan—karena mau enggak mau kita harus kerja dan menjadi kreatif. Kalau enggak kreatif, nanti bisa ditarik motor kita,” candanya.

Pria yang terdaftar sebagai WP di KPP Pratama Jakarta Kalideres ini menyadari betul peran penting pajak bagi keberlangsungan sebuah negara. Di masa pandemi ini, lebih-lebih, manfaat pajak dapat dirasakan masyarakat, mulai dari vaksinasi, penanganan Covid-19, penyediaan tempat karantina, yang semuanya itu berasal dari pajak.

“Menurut aku pajak memang bensinnya negara. Maksudnya ongkos negara ini berjalan dari pajak. Mau instansi pemerintahan, mau infrastruktur, mau pelayanan kesehatan, semuanya enggak mungkin jalan kalau enggak ada pajak,” jelasnya.

Berdasarkan pengalamannya, komika kelahiran Jakarta, 5 Mei 1996 ini menilai, kantor pajak merupakan salah satu instansi pemerintah terbagus karena memberikan pelayanan yang ramah, aktif memberikan informasi, dan siap membantu WP yang ingin menyelesaikan kewajiban perpajakannya.

“Waktu pertama kali urus pajak benar-benar enggak tahu caranya gimana, karena memang tidak belajar. Di situ benar-benar diajari step by step cara menghitung dan lainnya. Itu keren banget,” imbuhnya.

Namun, ia pun tidak menampik bahwa masih ada masyarakat yang beranggapan bahwa pajak itu menakutkan. Oleh karena itu, diperlukan sosialisasi dan edukasi yang mudah dimengerti bagi masyarakat agar kian banyak masyarakat yang berpartisipasi menunaikan kewajiban pajak.

“Saya bangga membayar pajak, begitu juga dengan teman-teman yang sudah bayar pajak duluan harusnya merasa bangga. Mungkin kalau ini diniati sebagai ibadah untuk kepentingan bersama dan saling membantu itu juga akan membawakan pahala. Jadi, teman-teman let’s go, mari kita tunaikan kewajiban pajak,” katanya.

 

Continue Reading

TAX PEOPLE

Masa Muda, Masa Eksplorasi

Heru Yulianto

Published

on

Karin Novilda Selebgram, Influencer/Foto: Istimewa

Influencer dan kreator konten Karin Novilda atau Awkarin mengungkapkan banyak orang yang hanya fokus kepada Covid-19 saja, dan melupakan penyakit lain yang sama bahayanya, misalnya penyakit mental.

“Menurut aku penyakit mental ini adalah salah satu dampak juga dari Covid-19, karena orang yang tadinya setiap hari kerja keluar, bisa hangout keluar, namun kemudian dia harus di isolasi di rumah. Itu juga sangat memengaruhi mental kita,” ungkapnya dalam siniar (podcast) Rujak (Ruang Pajak) yang diadakan oleh Kantor Wilayah DJP Jakarta Timur, Selasa (28/09).

Ia berpendapat, jika ingin sehat dan bahagia, manusia harus menjaga dan menyeimbangkan dua hal, yaitu kesehatan fisik dan kesehatan mental.

Wanita berusia 23 tahun ini menekankan pentingnya anak muda untuk mempunyai konsep haus ilmu.

“Lu harus selalu ngerasa haus akan pengetahuan karena pengetahuan itu enggak ada limitnya. Dan, selagi masa produktif juga, di masa muda, kenapa enggak coba explore semuanya?” ujarnya.

Wanita dengan 7,1 juta pengikut di Instagram ini juga menjelaskan bahwa pajak merupakan kewajiban yang memang harus ditunaikan oleh setiap warga negara Indonesia.

“Fasilitas yang kita nikmati selama ini di Indonesia tanpa disadari sebenarnya merupakan bagian dari kita membayar pajak. Kadang orang suka komplain kenapa jalan kayak gini segala macam. Ya, mungkin lu belum bayar pajak kali,” jelasnya.

Menurut Awkarin, banyak generasi muda dan masyarakat yang masih takut dengan kata pajak, yang didasari oleh kurangnya pengetahuan dan edukasi tentang pajak di masyarakat.

Ia berharap generasi muda sekarang mau mengedepankan riset dan tidak apatis terhadap pajak. Dengan riset dan mencari tahu tentang pajak, mereka akan memiliki kesadaran bahwa pajak itu penting. Selanjutnya, mereka dapat turut mengedukasi orang lain agar ikut taat pajak.

“Anak muda zaman sekarang yang sukses harusnya melihat masyarakat middle to low. Mereka justru yang taat pajak. Apa enggak malu sama mereka yang pendapatannya tidak seperti kalian, tapi mereka taat pajak?” imbuhnya.

Continue Reading

Populer