Jangan anggap remeh stres berkepanjangan di tempat kerja. Jika dibiarkan, efek negatif kian berlipat.
Lelah dan kehilangan fokus saat bekerja? Mungkin Anda sedang dilanda stres. Stres akibat beban pekerjaan yang menumpuk, lembur setiap malam, tuntutan target perusahaan yang tinggi, sampai bersitegang dengan atasan maupun rekan kerja. Stres karena pekerjaan bukan saja berdampak buruk Anda, tapi juga mengganggu bisnis perusahaan.
Stres kerja adalah kondisi tekanan atau tuntutan pekerjaan yang memengaruhi kondisi fisik dan psikis seseorang. Artinya, stres berpengaruh pada emosi, proses pikir dan perilaku sehari-hari. Menurut dr. Danardi Sosrosumihardjo, SpKJ(K), beban kerja yang wajar sebenarnya diperlukan untuk kemajuan seseorang. Namun, stres pekerjaan yang tidak dikelola dengan baik bisa berdampak buruk pada kesehatan.
“Apabila seseorang mendapatkan tekanan, diharapkan dapat berpengaruh ke arah lebih baik, baik emosi, proses pikir, perilaku, sehingga diharapkan individu itu dapat mengembangkan diri dan kariernya,” ungkapnya dalam webinar HR Survival Strategies (part 2) pada Rabu (10/06). Namun, ia menambahkan stres kerja yang dibiarkan terlalu lama, akan menjadi kelelahan, kejenuhan, atau yang lebih sering dikenal sebagai burnout.
Stres kerja biasanya singkat, penyandangnya masih mampu beradaptasi dengan lingkungan kerja, masih bisa dihadapi dengan semangat tinggi. Sedangkan stres pada kelelahan kerja, berkepanjangan; penyandangnya tidak mampu menyelesaikan masalah.
Lelah kerja
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), burnout (kelelahan kerja) adalah sindrom atau kumpulan gejala, tanda-tanda, baik itu gejala fisik maupun psikis, atau karena kenyataan bahwa seseorang bekerja tetapi tidak memenuhi target atau produktivitas yang seharusnya.
“Contoh, seseorang itu menerima perintah atasan dan dirasakan terus-menerus atau dirasakan terlalu berat bagi dirinya. Maka dia menjadi kelelahan, jenuh, menjadi seperti kehilangan, menjadi tidak produktif dan terjadi penurunan kinerja,” jelasnya.
Lebih lanjut lagi, Danardi membandingkan antara stres kerja dan kelelahan kerja. Stres kerja biasanya berlangsung pendek; penyandangnya masih mampu beradaptasi dengan lingkungan kerja, masih bisa dihadapi dengan semangat yang tinggi, dan masih dianggap dalam batas wajar. Sedangkan stres pada kelelahan kerja biasanya berkepanjangan. Penyandangnya tidak mampu menyelesaikan masalah, dan kinerjanya terus menurun.
Kelelahan kerja biasanya muncul karena seseorang tidak mampu beradaptasi atau mengendalikan diri dalam menghadapi tantangan kerja. Ia juga bisa timbul dari dinamika tempat kerja yang buruk. Kelelahan kerja juga bisa timbul dari perasaan kurang cocok dengan teman-temannya, atau karena minimnya dukungan sosial dari lingkungannya.
Gejala kelelahan kerja sangat bervariasi; bisa berbeda-beda pada tiap orang.
“Biasanya akan terjadi suatu perubahan perilaku. Individu tersebut jadi malas ke kantor, atau datang terlambat, pulang lebih cepat dari waktu yang seharusnya, kemudian banyak izin, atau membuat banyak surat izin sakit,” ujarnya.
Di tempat kerja pun, penyandang kelelahan kerja terlihat suka menyendiri, malas berkumpul, dan sensitif jika membicarakan pekerjaannya.
Kelelahan kerja bisa juga terlihat dari gejala fisik seperti letih, lesu; mudah sakit otot dan kepala. Ia juga tampak dari emosi yang labil, mudah marah, merasa gagal, ragu dalam bersikap, merasa terjebak dalam pekerjaan yang ia tidak sukai, perasaan sendiri tidak ada yang menolong, motivasi menurun, dan sulit fokus.
Danardi melanjutkan, kelelahan kerja yang dibiarkan dapat berdampak buruk pada produktivitas di tempat kerja.
“Apabila tidak di-manage dengan baik, maka ia akan menunda pekerjaan, melepas tanggung jawab, semakin menutup diri, dan yang paling parah adalah mengonsumsi minuman alkohol serta obat-obatan,” tegasnya.
Baca Juga: Penerapan Kenormalan Baru Jadi Peluang Sektor Parekraf Bangkit Lebih Cepat
Relaks dan syukur
Pria yang pernah menjadi Ketua Tim Dokter Pemeriksa Capres/Cawapres RI pada tahun 2018 itu menjelaskan, setidaknya ada enam cara mengatasi kelelahan kerja.
Pertama, melihat kembali bahwa apakah pilihan tugas sudah sesuai dengan kemampuan. Kedua, mencoba berkomunikasi membuka diri dengan karyawan lain yang lebih lama dan menjauhi provokasi rekan kerja. Ketiga, memanfaatkan waktu istirahat untuk relaksasi. Keempat, tidur dan makan dengan cukup. Kelima, mengambil cuti. Dan keenam, selalu bersyukur.
Di sisi lain, Danardi menyarankan agar perusahaan memberikan masa percobaan dan menggunakan catatan hasil seleksi karyawan untuk secara berkala memonitor kompetensi dan kapasitas karyawan di tempat kerja.
You must be logged in to post a comment Login