Connect with us

Green Kartini

Menavigasi Inovasi Keuangan di Era Disrupsi

Aprilia Hariani K

Published

on

Foto : Dok. PT. BCA
Bagi Direktur Keuangan BCA Tbk Vera Eva Lim, tantangan setiap pemimpin adalah menavigasi perusahaan melewati perubahan.

 

Majalahpajak.net – Pandemi Covid-19 telah menciptakan banyak perubahan dalam kehidupan. Namun, perubahan itu berhasil diadopsi oleh PT Bank Central Asia (BCA) Tbk menjadi peluang yang harus disambut dengan inovasi. Bank yang berdiri sejak 1950 ini bahkan meluncurkan PT Bank Digital BCA yang memberikan layanan perbankan digital sepenuhnya sejak Juli 2021. Bank Digital BCA juga akan fokus melayani segmen milenial.

“Kami terus berinvestasi di bidang IT (information technology), termasuk keamanan cyber, agar BCA dapat mempertahankan posisinya sebagai lembaga keuangan tepercaya dan andal dalam bisnis perbankan,” ungkap Direktur Keuangan BCA Tbk Vera Eva Lim kepada Majalah Pajak, Jumat, (08/04/2022).

Inovasi dan agilitas menjadi kunci BCA dalam memperkaya customer experience, sekaligus membuatnya kian relevan di tengah era digital. Basis nasabah pun diperluas lewat kerja sama dengan mitra strategis seperti perusahaan e-commerce dan fintech.

Baca Juga : Daya Tarik dan Peta Bank Digital

Berkat layanan digitalnya yang andal, jumlah rekening nasabah BCA meningkat 49,7 persen selama tiga tahun terakhir, yaitu mencapai sekitar 28,5 juta rekening dengan 22,8 juta nasabah terdaftar. Pengguna mobile banking juga meningkat tiga kali lipat hingga mencapai 20,8 juta.

Rendah karbon

Tak hanya itu, pengembangan produk, layanan, dan operasional secara digital terus ditingkatkan guna mengakselerasi tujuan BCA sebagai perusahaan yang ramah lingkungan. BCA memperkirakan, emisi karbon yang diturunkannya mencapai 3.257 tCO2 (setara-ton CO2) selama tahun 2021 berkat pergeseran signifikan pola transaksi nasabah dari kantor cabang fisik ke digital network. Selama tahun 2021, BCA juga menghemat sekitar 6 ton kertas, setara dengan 21 tCO2.

Selain itu, BCA juga mengusung pilar yang mewakili sejumlah tujuan keberlanjutan, di antaranya quality education, gender equality, decent work and economic growth, industry innovation and infrastructure, reduced inequalities, dan climate action.

Menyadari pentingnya ESG untuk menopang kinerja bisnis dalam jangka panjang. BCA mendukung transisi secara bertahap dari business as usual ke ekonomi rendah karbon.

“Inisiatif BCA di bidang keuangan berkelanjutan, perbankan ramah lingkungan, tanggung jawab sosial perusahaan, dan tata kelola perusahaan yang baik selaras dengan sembilan tujuan terpilih dari SDG,” jelas Vera.

Sebuah tim yang didominasi generasi muda dibentuk untuk menyusun rencana kerja dalam mewujudkan ESG itu. Kini, portofolio keuangan berkelanjutan BCA telah melampaui target, yaitu tumbuh 20,9 persen menjadi Rp 154,4 triliun atau berkontribusi 24,8 persen terhadap total kredit portofolio di BCA.

BCA juga mengolah sampah elektronik berupa perangkat yang sudah tidak digunakan lagi. Sebanyak 4,4 ton limbah mesin electronic data capture (EDC) didaur ulang dengan hanya sekitar 5 persen komponen yang berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA). Kemudian, limbah kartu sekitar 1 ton itu diolah kembali menjadi bahan bangunan untuk pembangunan gedung perkantoran BCA.

Baca Juga : Inovasi Digital belum Tersusul Literasi

Vera merasa beruntung, semangat inovasi yang diusung BCA semakin melengkapi khazanah pengalamannya di industri perbankan. Sejak berkarier sebagai Asisten Manager Keuangan PT Asuransi Sinarmas (1987–1988), Kepala Bagian Corporate Planning dan Information System Bank Danamon (1990), hingga Kepala Bagian Keuangan Bank Danamon (2006), Vera telah melalui pelbagai krisis dan perubahan zaman yang memantik lahirnya inovasi.

“Perbankan adalah sektor yang sangat dinamis dan penuh tantangan. Hal yang paling menarik dan menantang adalah proyek merger sembilan bank pada saat krisis moneter 1998–1999. Tidak semua bankir dapat mengalami pengalaman berharga tersebut,” kenangnya.

Bagi Vera, hidup adalah kesediaan untuk terus belajar dan mengatasi tantangan.

“Hidup adalah perjalanan di mana kita terus belajar. Saat ini hampir semua industri, termasuk sektor perbankan dihadapkan pada disrupsi digital yang menjadi tantangan setiap pemimpin dalam menavigasi perubahan yang terjadi,” kata Vera.

Green Kartini

Demi Digitalisasi Berujung Kesejahteraan

Novita Hifni

Published

on

Foto : Istimewa
Ia memperkuat peran OJK dalam pengembangan ekosistem digital di Indonesia untuk mengakselerasi laju digitalisasi industri keuangan yang berkelanjutan.

 

Majalahpajak.net – Dalam susunan Dewan Komisioner OJK periode 2017–2022, terdapat figur perempuan dengan pengalaman dan keahlian mumpuni: Nurhaida, Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Ia membidangi salah satu kewenangan OJK dalam mendorong inovasi keuangan digital.

Nurhaida menjelaskan, inovasi teknologi dapat berdampak negatif dan berpotensi mendisrupsi layanan jasa keuangan tradisional, bahkan dapat menimbulkan ketidakstabilan sektor keuangan dan persaingan yang tidak sehat. Maka, inovasi perlu diarahkan.

“Digitalisasi keuangan perlu dikelola supaya dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat,” papar Nurhaida kepada Majalah Pajak melalui keterangan tertulis, Sabtu (16/04).

Sekitar 55 juta penduduk Indonesia adalah skill workers. Pengguna internet pada Januari 2022 mencapai 204,2 juta, setara 73,7 persen penduduk Indonesia. Indonesia diproyeksikan menjadi negara berperekonomian terbesar di dunia tahun 2020. Karena itu, digitalisasi keuangan menjadi amat penting.

Baca Juga : Menyambut Keniscayaan Digitalisasi

OJK memakai pendekatan “safe touch light harbour” untuk menciptakan responsible innovation”, yaitu dengan mendorong inovasi yang memajukan inklusi dan literasi keuangan seraya memastikan aspek mitigasi risiko siber, keamanan data, dan perlindungan konsumen. Melalui POJK Nomor 13 Tahun 2018 tentang Inovasi Keuangan Digital, misalnya, OJK memberi payung hukum untuk seluruh inovasi di lingkup sektor keuangan digital.

“Kita patut berbangga bahwa pemerintah pun mengapreasiasi kontribusi nyata fintech sebagai mitra pemerintah dalam mendukung keberhasilan berbagai program, seperti penjualan SBN retail on-line melalui mitra distribusi fintech,” ungkap perempuan kelahiran Padang Panjang, 27 Juni 1959 ini.

Program kemitraan pemerintah dan fintech lainnya yang menuai keberhasilan adalah penyaluran bansos secara nontunai, pendistribusian Kartu Pra-Kerja untuk 5,3 juta penerima baru, penggunaan e-money, serta pelaporan, dan pembayaran pajak secara daring.

Sementara, untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang berbagai model bisnis keuangan digital dan berbagai risikonya, OJK meluncurkan program Digital Financial Literacy dan menjalin kerja sama dengan regulator lain, asosiasi, dan akademisi.

Baca Juga : Indonesia Urutan Ketiga Asia Tenggara dalam Kesiapan Digitalisasi Bisnis

“Kebutuhan literasi keuangan semakin signifikan karena rendahnya tingkat pendidikan dan keberagaman penduduk, terutama bagi kelompok masyarakat yang selama ini mengalami kesenjangan pemenuhan kebutuhan, masyarakat terpencil, serta perempuan,” jelas Nurhaida.

Peraih MBA dari Indiana University, Bloomington, Amerika Serikat ini mengawali karier di Kementerian Keuangan pada 1989. Ia pernah menjadi Staf Ahli Bidang Kebijakan dan Regulasi Jasa Keuangan dan Pasar Modal Kementerian Keuangan RI (2011), Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (2011–2012), hingga menjadi Anggota Dewan Komisioner merangkap Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (2012–2017).

Sejumlah penghargaan berhasil diraihnya, seperti 71 Indonesian Inspiring Women dari Obsession Media Group, Thomas Mural Medallion dari Indiana University, dan 99 Most Powerful Women dari Globe Asia.

Continue Reading

Green Kartini

Pelestari Peran Pertiwi

Ruruh Handayani

Published

on

Foto : Rivan Fazry
Melalui Pertiwi, Emma ingin memastikan perempuan memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk berkontribusi dan memimpin di Pertamina—sembari menjunjung prinsip keberlanjutan.

 

Majalahpajak.net – Mengacu pada sustainability report tahun 2020, Pertamina berhasil menurunkan emisi sebesar 27 persen. Per September 2021, Pertamina berhasil menaikkan peringkat ESG secara signifikan menjadi medium risk dengan nilai 28,1 dan menempati posisi 15 dari 251 perusahaan dunia.

Emma Sri Martini, Direktur Keuangan Pertamina, mengatakan bisnis yang tidak memerhatikan keberlangsungan sejatinya sedang memusnahkan pijakan bisnisnya sendiri. Dan sebaliknya, menjaga alam sebetulnya berdampak langsung kepada kelangsungan usaha.

“Dampak dari green economy concept, dampak dari preserve alam itu sangat direct kepada keberlangsungan bisnis,” kata perempuan kelahiran Majalengka, 22 Maret 1970 ini kepada Majalah Pajak, Senin (4/4).

Baca Juga : SDA Optimalkan, Lingkungan Lestarikan

Komite keberlangsungan

Komitmen tanggung jawab Pertamina kepada lingkungan dan keberlanjutan diejawantahkan melalui strategi 10 Fokus Keberlanjutan Pertamina yang mencakup mengatasi perubahan iklim, mengurangi jejak lingkungan, melindungi keanekaragaman hayati, kesehatan dan keselamatan, pencegahan insiden skala besar, perekrutan, pengembangan dan retensi karyawan, inovasi dan penelitian, keterlibatan dan dampak komunitas, keamanan digital, serta etika perusahaan.

Untuk memastikan strategi ESG terterapkan hingga unit terkecilnya, Pertamina membentuk Sustainability Committee yang diketuai oleh direktur utama dengan dibantu direktur keuangan; direktur strategi, portofolio, dan pengembangan usaha; dan direktur logistik dan infrastruktur.

“Komite ini menunjukkan bahwa affirmative policy dan affirmative action dari kami terkait dengan sustainability principal, dan juga ESG strategic initiative ini harus dijalankan dan dimonitor di seluruh lini,” imbuh Emma.

Emma berujar, suara atau komitmen pemimpin merupakan hal penting dalam pemberlakuan kebijakan ESG dan SDGs, apalagi Pertamina punya banyak anak dan cucu perusahaan. Selanjutnya, kebijakan itu harus realistis, melibatkan perangkat organisasinya mulai dari komite ESG hingga wakil-wakil subholding dan anak perusahaan, memiliki program kerja dan strategi, sampai monitoring dan sosialisasi.

Baca Juga : Momentum untuk Ekonomi Hijau

“Implementasinya disesuaikan dengan karakter bisnisnya masing-masing subholding, tapi esensinya harus diberlakukan ke seluruh kru,” kata Emma.

Peran Pertiwi

Emma bercerita, sejak 21 April 2021, di Pertamina terbentuk Pertiwi, yakni organisasi yang menampung suara dan kreativitas perwira (pekerja) perempuan Pertamina. Diketuai oleh Emma, Pertiwi (kependekan dari Perwira Pertamina Tangguh, Berintegritas, Berwibawa, dan Berinovasi) memiliki empat pilar pembidangan yang juga berkorelasi dengan 17 item di SDGs.

Pertama, development yang menyiapkan penerus perwira perempuan menjadi the next leader. Kedua, sustainability, yakni turut memonitor implementasi keberlanjutan. Ketiga, wellbeing, memastikan lingkungan kerja nyaman buat para perwira wanita. Keempat, partnership and communication, yang menandakan Pertamina adaptif dan siap berkolaborasi dengan pihak eksternal seperti UN Women, USAID, dan IBCWE.

“Jadi, untuk memastikan pelaksanaan fokus strategi ESG terimplementasikan dan tercapai dengan baik, ada aspek struktural secara formal melalui pembentukan komite, dan dari sisi organisasi ada Pertiwi,” terang Emma.

Pertiwi juga telah memberikan pengakuan berupa Pertiwi Awards bagi insan Pertamina yang menyalurkan berbagai macam inovasi dan ide-ide segar untuk kemajuan perusahaan.

“Boleh dibilang Pertiwi seperti setengah shareholder karena mereka bisa memberikan kritik, masukan kepada manajemen—bahkan policy makeryang bisa meningkatkan kinerja atau memperbaiki kebijakan yang ada,” katanya.

Continue Reading

Green Kartini

Semangat ke Kelas Dunia

Heru Yulianto

Published

on

Foto: Dok. Pribadi

 

WIKA bersiap menjadi perusahaan kelas dunia. Inovasi ramah lingkungan di sektor konstruksi terus dijalankan. Ayu menularkan semangat.

 

Majalahpajak.net – Dibandingkan dengan kondisi sepuluh tahun silam, wajah industri konstruksi di tanah air saat ini telah jauh lebih berkembang. Apalagi dalam lima tahun terakhir, proyek-proyek strategis nasional menjadi motor dan stimulator roda ekonomi.

Tak bisa kita bicara sektor konstruksi tanpa menyebut PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, yang lebih dikenal dengan WIKA. Perusahaan yang telah 62 tahun berkiprah membangun Indonesia ini disangga oleh lima pilar usaha, yaitu infrastructure & building, energy & industrial plant, industry, realty & property, serta investment.

Direktur Quality, Health, Safety and Environment (QHSE) Ayu Widya Kiswari mengatakan WIKA telah menerapkan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) sebagai sasaran.

“Kami sangat mendukung implementasi industri hijau dalam proyek kami, sehingga dalam setiap pelaksanaan proyek, kami semaksimal mungkin menjalankan proyek yang ramah lingkungan,” ungkapnya kepada Majalah Pajak, Senin (04/04).

Baca Juga : Pintar Berbagi Manfaat Bersama

Ayu mengatakan penerapan industri hijau itu merupakan salah satu langkah WIKA menuju perusahaan berkelas dunia. Saat ini, misalnya, WIKA menghemat energi listrik melalui pemanfaatan panel surya di beberapa proyeknya. Sebut saja proyek JIS, pabrik Hyundai, kampus UGM, Itera, Unlam, ITN Malang, dan lainnya.

Namun, Ayu juga menyadari penerapan industri hijau masih penuh tantangan. Menurutnya, industri hijau masih memerlukan riset dan teknologi yang lebih baik agar mampu berproduksi secara efisien, dengan limbah yang lebih sedikit, dan dengan memanfaatkan energi terbarukan. Selain itu, penggantian mesin memerlukan dana yang lebih besar. Sementara, kompetensi SDM dan budaya peduli lingkungan di masyarakat masih perlu ditingkatkan.

Inovasi

WIKA menjawab tantangan itu lewat aneka inovasi. Misalnya saja, memberikan solusi green building melalui desain bangunan yang ramah lingkungan dan hemat energi dan menanamkan program keberlanjutan lingkungan di lingkup korporasi. Selain itu, WIKA melakukan program penanaman pohon, dan rutin melaksanakan lomba inovasi terkait QHSE di lingkungan perusahaan, baik di kantor pusat, proyek, maupun di anak perusahaan.

Tidak hanya itu, untuk mendukung investasi environment, social, and governance (ESG), wanita kelahiran Surabaya, 24 Maret 1970 ini mengatakan WIKA tengah mengembangkan solar panel untuk pembangkit listrik melalui salah satu cucu perusahaannya, yaitu Winner (WIKA Industri dan Energi); memproduksi motor bertenaga baterai; dan mendorong anak perusahaan mengembangkan konstruksi modular di perkantoran dan rumah sakit untuk meminimalisasi penggunaan kayu.

Baca Juga : Di tengah Pandemi, WIKA tetap Catatkan Kinerja Positif

Bisa mengajak

Ayu menyebut Bijaksana Junerosano, pendiri Waste4Change, sebagai contoh figur yang mampu mengubah pola pikir masyarakat bahwa sampah bukanlah barang tak berguna.

“Indonesia membutuhkan seseorang dari kalangan anak muda yang peduli dengan lingkungan dan dapat mengajak seluruh masyarakat. Tidak hanya senior, tapi juga bisa mengajak anak muda Indonesia untuk melakukan pengelolaan sampah,” pungkasnya.

Metode zero waste to landfill adalah memilah sampah dari sumbernya dan memastikan semua terolah dengan baik tanpa perlu dikirim ke tempat pembuangan akhir (TPA).

Ayu berharap keberadaannya di WIKA dapat membantu manajemen mewujudkan target perusahaan.

“Selain itu, saya berharap bisa memberi semangat dan dukungan bagi teman-teman karyawan perempuan, khususnya dalam berkarier di bidang yang mayoritasnya adalah laki-laki,” imbuhnya.

Continue Reading

Populer