Melalui Pertiwi, Emma ingin memastikan perempuan memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk berkontribusi dan memimpin di Pertamina—sembari menjunjung prinsip keberlanjutan.
Majalahpajak.net – Mengacu pada sustainability report tahun 2020, Pertamina berhasil menurunkan emisi sebesar 27 persen. Per September 2021, Pertamina berhasil menaikkan peringkat ESG secara signifikan menjadi medium risk dengan nilai 28,1 dan menempati posisi 15 dari 251 perusahaan dunia.
Emma Sri Martini, Direktur Keuangan Pertamina, mengatakan bisnis yang tidak memerhatikan keberlangsungan sejatinya sedang memusnahkan pijakan bisnisnya sendiri. Dan sebaliknya, menjaga alam sebetulnya berdampak langsung kepada kelangsungan usaha.
“Dampak dari green economy concept, dampak dari preserve alam itu sangat direct kepada keberlangsungan bisnis,” kata perempuan kelahiran Majalengka, 22 Maret 1970 ini kepada Majalah Pajak, Senin (4/4).
Komite keberlangsungan
Komitmen tanggung jawab Pertamina kepada lingkungan dan keberlanjutan diejawantahkan melalui strategi 10 Fokus Keberlanjutan Pertamina yang mencakup mengatasi perubahan iklim, mengurangi jejak lingkungan, melindungi keanekaragaman hayati, kesehatan dan keselamatan, pencegahan insiden skala besar, perekrutan, pengembangan dan retensi karyawan, inovasi dan penelitian, keterlibatan dan dampak komunitas, keamanan digital, serta etika perusahaan.
Untuk memastikan strategi ESG terterapkan hingga unit terkecilnya, Pertamina membentuk Sustainability Committee yang diketuai oleh direktur utama dengan dibantu direktur keuangan; direktur strategi, portofolio, dan pengembangan usaha; dan direktur logistik dan infrastruktur.
“Komite ini menunjukkan bahwa affirmative policy dan affirmative action dari kami terkait dengan sustainability principal, dan juga ESG strategic initiative ini harus dijalankan dan dimonitor di seluruh lini,” imbuh Emma.
Emma berujar, suara atau komitmen pemimpin merupakan hal penting dalam pemberlakuan kebijakan ESG dan SDGs, apalagi Pertamina punya banyak anak dan cucu perusahaan. Selanjutnya, kebijakan itu harus realistis, melibatkan perangkat organisasinya mulai dari komite ESG hingga wakil-wakil subholding dan anak perusahaan, memiliki program kerja dan strategi, sampai monitoring dan sosialisasi.
“Implementasinya disesuaikan dengan karakter bisnisnya masing-masing subholding, tapi esensinya harus diberlakukan ke seluruh kru,” kata Emma.
Peran Pertiwi
Emma bercerita, sejak 21 April 2021, di Pertamina terbentuk Pertiwi, yakni organisasi yang menampung suara dan kreativitas perwira (pekerja) perempuan Pertamina. Diketuai oleh Emma, Pertiwi (kependekan dari Perwira Pertamina Tangguh, Berintegritas, Berwibawa, dan Berinovasi) memiliki empat pilar pembidangan yang juga berkorelasi dengan 17 item di SDGs.
Pertama, development yang menyiapkan penerus perwira perempuan menjadi the next leader. Kedua, sustainability, yakni turut memonitor implementasi keberlanjutan. Ketiga, wellbeing, memastikan lingkungan kerja nyaman buat para perwira wanita. Keempat, partnership and communication, yang menandakan Pertamina adaptif dan siap berkolaborasi dengan pihak eksternal seperti UN Women, USAID, dan IBCWE.
“Jadi, untuk memastikan pelaksanaan fokus strategi ESG terimplementasikan dan tercapai dengan baik, ada aspek struktural secara formal melalui pembentukan komite, dan dari sisi organisasi ada Pertiwi,” terang Emma.
Pertiwi juga telah memberikan pengakuan berupa Pertiwi Awards bagi insan Pertamina yang menyalurkan berbagai macam inovasi dan ide-ide segar untuk kemajuan perusahaan.
“Boleh dibilang Pertiwi seperti setengah shareholder karena mereka bisa memberikan kritik, masukan kepada manajemen—bahkan policy maker—yang bisa meningkatkan kinerja atau memperbaiki kebijakan yang ada,” katanya.
You must be logged in to post a comment Login