Sejak Sabtu (25/4/2020), tren kasus baru Covid-19 terus menurun. Pada periode 21-27 April 2020, jumlah penambahan kasus baru positif Covid-19 masing-masing 375 kasus, 283 kasus, 357 kasus, 436 kasus, 396 kasus, 275 kasus dan 214 kasus (lihat data terbaru di sini).
Penurunan ini tak lepas dari berbagai kebijakan pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19 Achmad Yurianto mengatakan, upaya pemerintah ini tak akan berhasil bila tak dibarengi dengan kepedulian masyarakat dalam menaati aturan. Untuk itu, masyarakat diharapkan tetap melakukan anjuran melakukan pembatasan sosial (social distancing), mematuhi pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Cara ini adalah pencegahan paling efektif, mengingat sampai saat ini tak ada obat antivirus efektif yang mampu menyembuhkan infeksi Covid-19.

Data Pasien Positif Virus Corona (Covid-19) Sepekan Terakhir. Sumber Gugas Percepatan Penanganan COVID-19 RI
Presiden Joko Widodo memprediksi wabah virus corona di Indonesia akan mengalami puncaknya pada bulan Mei. Ia optimistis, penyebaran virus corona akan mulai turun pada bulan Juli.
Senada dengan Presiden Jokowi, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan juga sebelumnya optimistis wabah Covid-19 di Tanah Air akan mulai memasuki fase ringan pada bulan Juli mendatang. Optimisme itu muncul karena saat ini banyak gerakan masyarakat bergotong royong untuk menghadapi wabah Covid-19 ini.
“Kami yakin kalau ini semua kita lakukan dengan bersama, Insyaallah di bulan Juli kita sudah masuk pada fase yang ringan,” kata Budi Gunawan saat menghadiri pembukaan rapid test massal di lapangan parkir Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Rabu (22/4/2020).
Sesuai hasil penelitian
Optimisme pemerintah ini juga sejalan dengan simulasi penelitian yang dilakukan para ilmuwan Fakultas Matematika dan Statistik, Universitas New BrunsWick, Kanada. Adalah Xiaolei Zhang, Renjun Ma, dan Lin Wang yang mencoba membuat prediksi saintifik berdasarkan kajian matematika yang mereka namai Segmented Poisson Model. Penelitian ini difokuskan pada kasus Covid-19 yang terjadi di negara-negara Barat yang terpapar sangat parah dan cukup parah oleh Covid-19 seperti Prancis, Jerman, Italia, Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada.
Penelitian ini dibuat berdasarkan tren data kasus baru yang masuk secara harian. Intervensi pemerintah negara-negara yang bersangkutan dalam menangani Covid-19 juga menentukan faktor permodelan analisis penelitian ini. Intervensi pemerintah yang dimaksud di antaranya adalah kebijakan pembatasan sosial, kerja dan beraktivitas dari rumah, locked down, hingga karantina. Menurut para peneliti itu, data kasus baru harian dapat memprediksi tren masa puncak, durasi, sehingga total jumlah kasus secara umum dapat dipetakan di setiap negara.
Penelitian itu mengambil data sejak awal kejadian kasus mewabah di Eropa, AS dan Kanada hingga 9 April 2020 dari Wind Database, situs resmi penanggulangan Covid-19 dari pemerintah AS dan Kanada. Para peneliti itu menyimpulkan bahwa wabah Covid-19 di negara-negara maju yang terpapar sangat parah akan mereda sekitar awal Juni 2020.
Dari keenam negara yang diteliti itu, Prancis diprediksi memiliki tingkat serangan (attack rate) tertinggi yaitu 0,3364 persen, sedangkan Kanada terendah (0,0899%). Adapun, Amerika Serikat menjadi negara yang memiliki kasus terbanyak yaitu 835.158 kasus. Secara prorata, titik balik akan terjadi pada hari ke-69 dari jarak 56—78 hari saat kasus merebak.
“Jika kebijakan pemerintah di keenam negara tersebut tak berubah, wabah tersebut akan berakhir sekitar awal Juni 2020, dengan jarak waktu antara 21 Mei sampai 10 Juni. Adapun, rerata durasi wabah adalah 127 hari,” tulis Xiaolei Zhang dalam artikel berjudul, “Predicting Turning Point, Duration and Attack Rate of Covid-19 Outbreaks in Major Western Countries” (20 April 2020)—Waluyo Hanjarwadi
You must be logged in to post a comment Login