Efek pandemi begitu dirasakan oleh pria yang bernama lengkap Gusti Muhammad Abdurrahman Bintang Mahaputra atau yang lebih dikenal dengan sebutan Bintang Emon. Menurutnya, dunia stand-up comedy yang biasanya menyenangkan dengan melakukan pertunjukan secara langsung, kini menjadi sangat terbatas.
“Saat pandemi seperti sekarang pembatasan sosial berkala dan lainnya harus kita ikuti apa pun profesinya. Kalau dari aku kesulitan dalam membuat show. Pada akhirnya, ya aku coba salurkan lewat media lain. Makanya aku sekarang lagi fokus ke digital,” ungkapnya kepada Majalah Pajak, Senin (10/01).
Ia mengatakan pekerja kreatif sebaiknya memanfaatkan pandemi sebagai peluang agar tetap dapat bertahan, karena tugas seniman adalah membawa keresahan yang dirasakan lalu disampaikan kembali ke masyarakat.
“Kita yang melihat realitas di sekitar. Apa nih, yang bisa dijadikan menjadi sebuah karya seni? Jadi, enggak hanya mentok dengan keadaan, harus tetap bisa menyesuaikan dan beradaptasi,” katanya.
Kepada teman-temannya, Bintang memberikan tip agar tetap kreatif dan bertahan.
“Ambil banyak cicilan—karena mau enggak mau kita harus kerja dan menjadi kreatif. Kalau enggak kreatif, nanti bisa ditarik motor kita,” candanya.
Pria yang terdaftar sebagai WP di KPP Pratama Jakarta Kalideres ini menyadari betul peran penting pajak bagi keberlangsungan sebuah negara. Di masa pandemi ini, lebih-lebih, manfaat pajak dapat dirasakan masyarakat, mulai dari vaksinasi, penanganan Covid-19, penyediaan tempat karantina, yang semuanya itu berasal dari pajak.
“Menurut aku pajak memang bensinnya negara. Maksudnya ongkos negara ini berjalan dari pajak. Mau instansi pemerintahan, mau infrastruktur, mau pelayanan kesehatan, semuanya enggak mungkin jalan kalau enggak ada pajak,” jelasnya.
Berdasarkan pengalamannya, komika kelahiran Jakarta, 5 Mei 1996 ini menilai, kantor pajak merupakan salah satu instansi pemerintah terbagus karena memberikan pelayanan yang ramah, aktif memberikan informasi, dan siap membantu WP yang ingin menyelesaikan kewajiban perpajakannya.
“Waktu pertama kali urus pajak benar-benar enggak tahu caranya gimana, karena memang tidak belajar. Di situ benar-benar diajari step by step cara menghitung dan lainnya. Itu keren banget,” imbuhnya.
Namun, ia pun tidak menampik bahwa masih ada masyarakat yang beranggapan bahwa pajak itu menakutkan. Oleh karena itu, diperlukan sosialisasi dan edukasi yang mudah dimengerti bagi masyarakat agar kian banyak masyarakat yang berpartisipasi menunaikan kewajiban pajak.
“Saya bangga membayar pajak, begitu juga dengan teman-teman yang sudah bayar pajak duluan harusnya merasa bangga. Mungkin kalau ini diniati sebagai ibadah untuk kepentingan bersama dan saling membantu itu juga akan membawakan pahala. Jadi, teman-teman let’s go, mari kita tunaikan kewajiban pajak,” katanya.
You must be logged in to post a comment Login