Bisnis yang terus berkembang dengan ribuan mitra nelayan yang tersebar di 15 kabupaten/kota di luar Jawa mendorong platform perikanan Aruna untuk membawa Indonesia sebagai negara adidaya maritim
Perusahaan rintisan (startup) yang memfokuskan bisnisnya pada pengembangan platform di industri perikanan dan kelautan, Aruna Indonesia menciptakan terobosan baru dengan memanfaatkan teknologi digital untuk membidik pasar berskala global sekaligus menjadi penghubung antara konsumen perikanan dan nelayan.
Presiden Direktur Aruna Indonesia Farid Naufal Aslam mengemukakan, platform yang didirikannya menyediakan aplikasi yang dapat dimanfaatkan kalangan nelayan untuk menjangkau para pembeli skala besar di sektor perhotelan, pabrik maupun restoran hingga ke pasar luar negeri.
“Nelayan dengan hasil tangkapan kecil kami kumpulkan ke dalam kelompok besar sehingga hasil tangkapannya menjadi besar,” papar Farid di acara seminar Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) yang diselenggarakan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional di Jakarta, Selasa (8/10).
Farid menjelaskan Aruna melakukan kegiatan pendekatan kampung nelayan berbasis kelompok komunitas. Dalam kelompok ini, para nelayan difokuskan pada kegiatan menangkap ikan sedangkan istri-istri nelayan membantu dalam pengepakan (packaging). Kalangan anak muda (local heroes) turut dilibatkan yang ditugasi untuk menjalankan aplikasi karena nelayan kurang mampu menggunakan aplikasi dan diarahkan untuk lebih fokus ke kualitas hasil tangkapan.
Bisnis yang dijalankan Aruna kini menyediakan gudang sebagai fasilitas penghubung (hub) bagi hasil tangkapan dan penjualan nelayan yang menjadi mitra. Perusahaannya juga memfasilitasi dan memberdayakan nelayan dalam aspek peningkatan kualitas komoditas dan juga kebersihan.Untuk meningkatkan efisiensi, transparansi dan mengurangi berbagai risiko bisnis, Aruna telah menerapkan teknologi automation.
“Mitra kami tersebar di luar Jawa sebanyak 3300 nelayan di 15 kabupaten/kota. Aruna ingin mendorong Indonesia sebagai negara adidaya maritim dengan meningkatkan ekonomi kelautan,” ujarnya.
Baca Juga: Ekonomi Biru Jaga Ekosistem Kelautan
Manfaat sosial bagi nelayan
Aruna telah berkolaborasi dengan berbagai pihak dalam mengembangkan bisnis, salah satunya dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI melalui Program Nelayan Go Online. Program ini mengadakan kegiatan kunjungan ke komunitas nelayan di sejumlah daerah di Indonesia untuk memperkenalkan tentang digitalisasi bisnis perikanan dan kelautan. Saat ini belum banyak pengembang yang membidik bisnis rintisan di sektor perikanan dan kelautan. Padahal sektor ini memiliki potensi ekonomi yang besar dan masih terbuka pasar yang luas untuk dikembangkan.
Farid mengungkapkan, motivasi awal untuk membangun bisnis ini dipacu oleh semangat menciptakan manfaat sosial dalam membantu meningkatkan kesejahteraan nelayan. Potensi ekonomi yang besar di sektor perikanan dan kelautan, menurutnya, seharusnya dapat mengangkat kehidupan nelayan lebih sejahtera. Ia menuturkan, penghasilan rata-rata nelayan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) hanya Rp 1,1 juta per bulan. Jumlah nelayan dalam sepuluh tahun terakhir mengalami penurunan sebesar 50 persen, sedangkan tingkat konsumsi ikan nasional yang hanya 40 kg per kapita per tahun,tergolong rendah dibandingkan negara-negara lain.
Setelah melakukan riset selama dua tahun, ia bersama dua rekannya menciptakan suatu sistem yang dapat menjadi jalan keluar bagi permasalahan di industri perikanan dari hulu hingga ke hilir.
“Sistem yang kami kembangkan ini memperbaiki pola pengawasan komoditas perikanan, membantu nelayan memasarkan hasil laut tanpa harus melalui tengkulak, dan memudahkan konsumen mendapatkan komoditas yang dibutuhkan dengan harga yang masuk akal,” paparnya.-Novita Hifni
You must be logged in to post a comment Login