Connect with us

Banking

Dua Skenario untuk Energi Fosil

Novita Hifni

Published

on

Beradaptasi dengan tren energi bersih, PLN melakukan berbagai pekerjaan besar dari hulu ke hilir, di antaranya mengeksekusi proyek energi baru dan terbarukan berskala besar.

Perusahaan pelat merah yang bergerak di sektor penyedia energi listrik, PT Perusahaan Listrik Negara (Persero)/PLN telah mengantisipasi tren global yang secara bertahap mulai beralih ke penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT) atau energi bersih. PLN menetapkan peta jalan (road map) dalam mengurangi penggunaan energi listrik berbahan fosil dari tahun 2025 hingga 2060.

Langkah PLN dalam menuju nol emisi karbon tentu membutuhkan dukungan teknologi yang memadai agar penerapan dekarbonisasi, desentralisasi, dan digitalisasi (3D) dapat berjalan sesuai target yang ada di perencanaan dan strategi menuju 2060.

Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengungkapkan, sektor ketenagalistrikan hanya menyumbang 14 persen dari keseluruhan emisi nasional. Ia membandingkan dengan sektor ketenagalistrikan di Filipina dan Vietnam yang masing-masing menyumbang 30 persen emisi, dan Malaysia dengan 32 persen emisi.

Menurutnya, penggunaan lahan dan alih fungsi hutan, termasuk kebakaran hutan merupakan penyumbang emisi karbon terbesar. Di sisi lain, PLN berkomitmen untuk mendukung transisi energi dan terus mengupayakan pengurangan efek gas rumah kaca di tengah perkembangan teknologi saat ini melalui berbagai cara.

Dalam siaran pers yang dirilis PLN beberapa waktu lalu, ia memaparkan model bisnis di masa depan untuk menuju capaian energi besar yang optimal dengan mengakomodasi tren 3D melalui peningkatan peran EBT dan smart grid sebagai enabler.

“Saat ini inovasi teknologi semakin maju di bidang pembangkit EBT yang meliputi kehadiran energy storage atau baterai, carbon capture, green hydrogen, kendaraan listrik dan efisiensi energi. Inovasi itu mendorong transisi di sektor ketenagalistrikan dari bahan bakar fosil menuju pemanfaatan sumber EBT,” papar Zulkifli.

Untuk mengurangi penggunaan energi listrik berbasis fosil, PLN menyiapkan dua skenario. Pertama energi berbasis fosil akan mulai hilang dari bauran energi pada 2056. Pada skenario pertama ini, penghentian PLTU batu bara dilakukan secara bertahap dari yang menggunakan teknologi konvensional sampai yang paling mutakhir.

Pada skenario kedua, pemanfaatan teknologi carbon capture, usage, dan storage akan diterapkan mulai 2035 seiring dengan penurunan porsi energi berbasis fosil dari bauran energi. Ia menambahkan, pihaknya akan melakukan berbagai pekerjaan besar dari hulu ke hilir.

Di sisi midstream sebagai operator atau pemilik dari jaringan transmisi dan distribusi termasuk energy storage atau baterai, PLN memberikan layanan solusi energi terintegrasi yang fleksibel untuk pelanggan skala besar atau industri. Sementara di sisi hilir, PLN akan memberikan layanan solusi energi dan menciptakan ekosistem pelayanan yang cerdas, fleksibel, dan inovatif hingga elektrifikasi sektor transportasi dengan ketersediaan infrastrukturnya.

Pembangkit EBT

Selama 2021–2030, ada beberapa potensi pengembangan EBT yang dimiliki PLN, yaitu PLTA 9 GW, geotermal atau panas bumi 2,4 GW, pembangkit listrik berbasis biomassa, angin, surya 4,5 GW, dan pembangkit listrik untuk penopang beban dasar seperti Pembangkit Listrik Tenaga Sampah 1 GW.

Zulkifli mengatakan, masih terdapat potensi tambahan produksi dari pembangkit listrik berbasis EBT yang mencapai 1.380 Tera Watt hour (TWh) hingga tahun 2060 mendatang. Untuk menggarap potensi itu, jelasnya, pengembangan pembangkit harus diselaraskan dengan suplai dan permintaan, potensi ketersediaan sumber energi setempat (resource based), keekonomian, keandalan, ketahanan energi nasional dan aspek keberlanjutan.

PLN juga menempuh langkah strategis dalam percepatan pengembangan pada daerah defisit serta daerah yang menggunakan BBM sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD. Menurut Zulkifli, itu dilakukan demi mengurangi belanja negara dalam pembelian impor BBM melalui konversi PLTD PLN ke pembangkit berbasis EBT yang sebagian berada di daerah isolated offgrid atau di luar jaringan listrik PLN.

Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Banking

Digital JConnect Cara Bank Jatim Adaptasi Era Pandemi

W Hanjarwadi

Published

on

Jakarta, Majalahpajak.net – Pandemi Coronavirus Disease (Covid-19) telah mengubah tatanan dunia dalam waktu singkat. Kondisi ini telah memunculkan kebiasaan-kebiasaan baru. Misalnya interaksi sosial sebagian besar dilakukan secara virtual. Pekerjaan yang biasanya dilakukan secara luring (off-line) kini menjadi serba daring (on-line). Untuk memudahkan adaptasi kebiasaan baru itu, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (bankjatim) meluncurkan JConnect yang merupakan pengembangan layanan branding digital banking.

Direktur Utama Bank Jatim Busrul Iman menyampaikan, hadirnya JConnect diharapkan dapat meningkatkan kemudahan dan kenyamanan nasabah dalam mengakses layanan perbankan di era 4.0. Mengusung jargon”A brand is promise”,  Bank Jatim mempersembahkan JConnect untuk mengoneksikan semua kemudahan akses transaksi bagi keuangan mereka.

“Saya berharap, peluncuran Jconnect ini dapat memenuhi kebutuhan layanan perbankan ataupun pembayaran secara digital bagi nasabah dan masyarakat pada umumnya,” kata Busrul melalui keterangan tertulis Jumat (30/7/21).

Ada empat filosofi utama dari JConnect, yaitu Convenience, Commitment, Collaborative, dan Connect. Convenience memiliki makna untuk memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi nasabah untuk bertransaksi di mana dan kapan saja, sementara Commitment merupakan tujuan Bank Jatim dalam berkomitmen memberikan layanan terbaik untuk masyarakat dengan bertransformasi menjadi digital banking. Sedangkan, Collaborative yang menunjukkan Bank Jatim siap bekerja sama membangun layanan finansial digital yang bukan hanya memudahkan, namun benar-benar yang dibutuhkan masyarakat. Terakhir, Connect yang memiliki arti menghubungkan sehingga menghadirkan konektivitas finansial digital dengan terus melakukan inovasi untuk membantu Anda menjawab segala tantangan yang ada.

Direktur TI & Operasi Tonny Prasetyo menambahkan, tujuan kehadiran JConnect adalah untuk memperkuat tiga pilar penting yang saat ini terus dikembangkan oleh Bank Jatim, antara lain pilar pemerintah daerah dan ASN, UMKM, serta masyarakat umum.

“Kami berkomitmen untuk hadir dan terus mengembangkan inovasi layanan digital perbankan kepada tiga pilar penting tersebut,” kata Tonny. Ia menambahkan, saat ini layanan perbankan tidak lagi terbatas pada fisik kantor bank, tetapi lebih pada konsep real time agar bisa diakses dan dimanfaatkan kapan dan di mana saja oleh masyarakat melalui aplikasi dan platform digital.

“JConnect hadir di tengah-tengah Pemda dan ASN untuk terus melakukan integrasi pengelolaan keuangan daerah atau elektronifikasi keuangan daerah serta layanan transaksi nontunai bagi ASN,” imbuh Tonny.

Dalam hal pembiayaan, Bank Jatim tidak hanya bertugas untuk melakukan penyaluran kredit terhadap UMKM. Melalui JConnect, Bank Jatim siap membantu proses digitalisasi para pelaku UMKM, menyediakan sarana transaksi secara online, cashless payment, serta pemasaran melalui marketplace.

Kemudahan pengajuan kredit secara online juga menjadi concern Bank Jatim khususnya bagi para pelaku UMKM. Melalui JConnect, Bank Jatim berkolaborasi dengan lembaga peer to peer lending sehingga mampu menjangkau para pelaku UMKM hingga pelosok daerah.

Perhatian Bank Jatim kepada masyarakat umum juga menjadi salah satu alasan peluncuran JConnect. Bank Jatim ingin menyediakan segala kebutuhan masyarakat akan layanan perbankan yang aman, mudah diakses serta dapat dilakukan di mana dan kapan saja. Semua kebutuhan masyarakat dan nasabah akan layanan perbankan terangkum dalam brand digital baru. JConnect akan melebur menjadi satu dengan layanan digital banking Bank Jatim yang telah ada selama ini.

Layanan funding yang selama ini difasilitasi dengan aplikasi mobile banking dan internet banking akan menjadi JConnect mobile dan JConnect Internet Banking. Layanan lending yang telah difasilitasi dengan layanan e-loan menjadi JConnect e-loan, sedangkan layanan pembiayaan bagi ASN yang selama ini menggunakan aplikasi E-KMG akan menjadi JConnect E-KMG. Layanan keagenan yang selama ini dikenal dengan agen Laku Pandai dikemas dengan JConnect SiPandai. Dengan JConnect, diharapkan layanan-layanan digital Bank Jatim yang selama ini telah ada dapat lebih dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat.

Continue Reading

Banking

BSI 10 Besar Emiten dengan Kapitalisasi Pasar Terbesar

W Hanjarwadi

Published

on

Jakarta, Majalahpajak.net – PT Bank Syariah Indonesia Tbk dengan kode saham BRIS masuk dalam jajaran 10 emiten dengan kapitalisasi pasar atau market capitalization terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kapitalisasi pasar merupakan nilai pasar dari hasil perkalian harga saham per lembar dengan jumlah saham yang ada dalam perusahaan.

Berdasarkan data dari Equity Daily Trading Publication Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu 24/2/21), nilai kapitalisasi pasar PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) sebesar Rp 115 triliun. Angka kapitalisasi pasar ini naik dibandingkan pada saat BRIS melakukan IPO sebesar Rp 4,96 triliun.

Direktur Utama Bank Syariah Indonesia Hery Gunardi berharap dengan masuknya BSI sebagai 10 emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar BEI bisa menjadikan saham BRIS primadona.

“Selain itu kami berharap prestasi ini semakin mendorong dan menginspirasi sektor keuangan dan perusahaan keuangan syariah untuk melantai di bursa,” kata Hery Gunardi, Kamis (25/2).

Harga saham BRIS per tanggal 24 Februari 2021 adalah Rp2.820 atau naik hampir lima kali lipat dibandingkan pada saat IPO sebesar Rp510 rupiah per saham. Jumlah saham BRIS setelah penggabungan tercatat sebesar 41 miliar saham.

Sebagai bank hasil penggabungan tiga bank syariah milik Himbara, BSI merupakan bank dengan total aset terbesar ketujuh di Indonesia yaitu sebesar Rp 240 triliun. Total pembiayaan BSI sampai Desember 2020 mencapai Rp 157 triliun dengan total DPK sebesar Rp 210 triliun. Dari sisi jaringan, BSI didukung oleh lebih dari 1.300 jaringan kantor, sekitar 2.400  jaringan ATM, serta didukung lebih dari 20.000 karyawan yang tersebar di seluruh Indonesia.

BSI berkomitmen menjadi lembaga perbankan yang modern dan  inklusif dalam memberikan pelayanan kepada seluruh lapisan masyarakat dengan tetap menjunjung tinggi  prinsip syariah. Selain itu, BSI juga berkomitmen menjadi bank yang dipilih nasabah karena memiliki produk yang kompetitif dan layanan yang prima sesuai dengan kebutuhan nasabah.

BSI dijalankan sesuai dengan prinsip maqashid syariah yaitu menjaga agama, menjaga jiwa, menjaga akal, menjaga keturunan dan menjaga harta.  BSI  tidak hanya fokus untuk menggarap commercial finance tetapi juga social finance. Optimalisasi pembayaran zakat, infak, sedekah dan wakaf (ZISWAF) menggunakan metode digital merupakan salah satu strategi Bank BSI untuk memberikan kemudahan sekaligus manfaat dan kebaikan bagi masyarakat.

Komposisi pemegang saham Bank Syariah Indonesia saat ini adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) 50,95 persen; PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) 24,91 persen; PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) 17,29 persen; DPLK BRI 1,83 persen;  BNI Life Insurance 0,01 persen; dan Publik 5,01 persen.

Continue Reading

Populer