Tidak hanya berdampak buruk bagi kesehatan, haid pertama yang kedinian akan berdampak buruk bagi kesehatan. Konsumsi “junk food” harus dibatasi.
Menarche atau haid pertama kali terjadi 2-3 tahun setelah seseorang mengalami pertumbuhan payudara atau bulu kemaluan. Rata-rata menarche terjadi pada usia 12,4 tahun. Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2010 menunjukkan secara nasional rata-rata usia haid pertama 13-14 tahun dan terjadi pada 37,5 persen anak Indonesia.
Akan tetapi, beberapa penelitian mengungkapkan fakta terbaru mengenai usia menarche yang semakin dini dari zaman ke zaman. Menstruasi pertama kini dialami oleh anak perempuan yang cenderung lebih muda. Sebelumnya, haid pertama dialami oleh remaja perempuan berusia 11-14 tahun. Kini, hal itu terjadi pada usia 9-11 tahun.
Ahli Gizi Beta Sindiana, S.Gz membenarkan terjadinya menarche dini pada wanita meningkat secara signifikan.
“Pada anak-anak yang lahir tahun 1997-2001 kejadian menarche dininya itu 8,4 persen, tapi responden dengan tahun kelahiran 2002-2007, angka menarche-nya naik di 16,1 persen,” ungkapnya dalam peluncuran virtual Charm Girl’s Talk pada Kamis (12/11).
Lebih lanjut, Beta menjelaskan bahwa menarche dini sangatlah berdampak buruk bagi kesehatan dan dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit lain. Pertama, ia dapat meningkatkan risiko obesitas abdominal, masalah kardiovaskular, resistensi insulin, dan hipertensi. Kedua, ia dapat meningkatkan risiko kanker payudara, kanker rahim.
“Karena mereka lebih cepat menarche, maka mereka akan lebih lama terpapar dengan hormon estrogen. Nah, hormon ini yang dapat memicu sel kanker tadi,” jelas Beta.
Dan yang ketiga, ia meningkatkan peluang kehamilan. Padahal, terlalu cepat hamil dalam kondisi fisik belum siap akan meningkatkan risiko kematian ibu hamil.
Gaya hidup buruk
Haid pertama yang terlalu dini berhubungan kuat dengan keadaan status gizi, terutama gizi lebih, dan overweight atau obesitas. Selain pola makan, perubahan gaya hidup tidak sehat juga memengaruhi terjadinya menarche dini.
Dalam penelitian yang melibatkan dua kelompok usia menarche—kelompok pertama 10,5 tahun dan kelompok kedua 12-13 tahun—terungkap bahwa hampir 66 persen yang mengalami menarche pada usia 10 tahun adalah mereka yang kurang beraktivitas. Di sisi lain, ini juga menunjukkan anak sekarang cenderung bergaya hidup inactive alias kurang aktivitas fisik.
“Mereka lebih memilih main game, nonton TV, atau main yang kurang gerak. Itu juga menyebabkan body fat kita atau lemak tubuh kita menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak yang main di luar rumah,” ujarnya.
Di samping itu, terdapat korelasi antara frekuensi konsumsi junk food dengan usia menarche. Ditemukan bahwa anak perempuan yang mengonsumsi junk food di atas dua kali per pekan, lebih banyak mengalami menarche dini (di bawah 12 tahun) dari yang mengonsumsi hanya dua kali per pekan.
Junk food di sini bukanlah sebatas makanan cepat saji yang sudah populer, tapi juga mencakup makanan selingan, jajanan, makanan rumahan yang manis, asin dan berlemak atau tinggi kalori dan GGL (gula, garam, dan lemak).
“Kalau kita masak di rumah tapi cara pengolahannya juga membuat makanan itu tinggi kalori dan GGL, kalau dimakan terus-menerus ya, jadi junk food juga,” imbuh Beta. “Yang dilihat bukan dari mana asalnya tapi kandungan gizinya.”
Beta menyarankan untuk mulai menerapkan pola makan dan hidup sehat. Mulai dari membatasi makanan cepat saji, jajanan, dan makanan selingan yang manis, asin dan berlemak dan memerhatikan gizi seimbang seperti mengonsumsi aneka ragam makanan untuk memenuhi kebutuhan gizi mikro maupun makro.
Aneka karbohidrat, protein, sayur, buah, harus tetap dikonsumsi secara bervariasi. Selain untuk mengatasi kebosanan, variasi juga menjamin kelengkapan gizi. Menurut Beta, tidak ada satu jenis makanan pun yang memiliki kandungan gizi yang sempurna.
“Terapkan gaya hidup aktif seperti rajin berolahraga, beraktivitas di luar rumah minimal 30 menit per hari. Terakhir, pantau dan jaga berat badan normal,” pungkasnya.
You must be logged in to post a comment Login