Jakarta, Majalahpajak.net – Sejatinya, Indonesia telah menekuni modest fashion atau modest wear alias busana tertutup lebih dari dua dekade silam. Namun, popularitas modest fashion Indonesia di kancah dunia mulai bergaung sejak tahun 2008, saat perancang modest wear Indonesia Dian Pelangi melangsungkan fashion show pertamanya di ajang Melbourne Islamic Fashion.
Di tahun yang sama pula, Dian menuturkan modest fashion Indonesia di hadapan 50 orang dari berbagai negara yang berkumpul di ruang parlemen di Italia.
“Jadi, kita bisa bilang Indonesia telah menjadi pusat busana muslim dunia, karena menginspirasi dan karya-karyanya luar biasa. Secara de facto, memang sudah diakui,” ungkap Vice Chairwoman Indonesia Halal Lifestyle Centre (ILHC) Jeti Rosila Hadi di acara diskusi bertajuk Muslim Modest Fashion Master Mind Class and Business Linkage, digelar secara hybrid, Jumat (29/10).
Mengingat potensinya yang sangat menjanjikan, Jeti mengajak seluruh desainer modest fashion nan berbakat untuk menyamakan derap langkah dan berkolaborasi—tidak berjalan sendiri-sendiri—supaya bisa menjadi kekuatan yang luar biasa. Menurutnya, dengan berkolaborasi dan bergandengan tangan, para pelaku industri modest fashion bisa sukses dan menggapai cita-cita bangsa secara bersama-sama ketimbang melakukannya sendiri.
“Ini menjadi pekerjaan rumah bersama, bagaimana memajukan industri halal terutama fesyen supaya bisa meningkatkan pendapatan per kapita bangsa, meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia, juga membawa nama baik Indonesia di mata dunia,” katanya.
Untuk mencapai itu, Jeti menyampaikan beberapa kondisi yang bisa disepakati oleh perancang modest fashion Indonesia, di antaranya kesamaan niat yang mendasari setiap kata dan tindakan satu sama lain, bersedia untuk belajar dan bekerja bersama-sama, serta fokus kepada solusi apa yang bisa dilakukan bersama—dan bukan fokus pada masalah.
Di kesempatan yang sama, Deputi Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia (BI) Diana Yumanita mengemukakan, kegiatan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) merupakan salah satu bentuk komitmen BI dalam mengembangkan sektor fesyen muslim di Indonesia.
Sehingga, diharapkan pelaku industri halal lifestyle dan pemerintah bersama-sama bisa melahirkan program yang berkelanjutan, terstruktur, dan memberikan dampak yang besar dalam jangka panjang.
Di sisi lain, Diana menyebutkan bahwa fesyen muslim punya added value atau nilai tambah—tidak hanya mengangkat wastra nusantara, tetapi juga mengangkat pemberdayaan ekonomi masyarakat.
“Untuk itu, ekonomi syariah adalah ekonomi berjamah, tidak bisa dilakukan sendiri. Begitu juga BI yang tidak bisa mendorong sektor fesyen tanpa keterlibatan para desainer, tanpa keterlibatan industri, serta pelaku UMKM,” imbuhnya.
Dus, ia juga menyadari bahwa BI mesti terlibat dalam perkembangan industri halal di Indonesia dalam upaya mendorong sektor ekonomi syariah—terutama industri modest fashion.
“Bagi BI sektor-sektor ini akan memberikan dampak bagi upaya penstabilan makroekonomi. Ketika para desainer melakukan ekspor ke luar negeri, tentu saja berkontribusi pada perbaikan neraca pembayaran Indonesia yang dampaknya juga kembali untuk para desainer,” ucapnya.
Tak hanya itu, BI juga terus mengupayakan agar pelaku-pelaku usaha di sektor fesyen juga makanan minuman mampu berkompetisi secara global, tidak hanya di tatanan internasional, tetapi juga mampu merebut pasar domestik.
“Kami bersama dengan IHLC mencanangkan program ini, bagaimana kita bisa mengumpulkan pemikiran dari seluruh desainer Indonesia, mendapat masukan dari para expert untuk kemudian merumuskan langkah untuk mewujudkan Indonesia sebagai pusat muslim dunia,” pungkasnya.
Sementara itu, antropolog profesor Carla Jones mengatakan, modest fashion saat ini telah jadi motor penggerak industri garmen di seluruh dunia. Pasalnya, lebih dari dua miliar warga negara dunia yang kini menerima dan memakai busana tertutup. Tidak melulu soal mengikuti ajaran agama, modest fashion juga disukai karena menarik serta memiliki keindahan dan etika.
“Berbagai ahli memproyeksikan bahwa sektor sharia economic ini yang paling cepat perkembangannya, berkontribusi sekitar 361 billion dollar AS dalam beberapa tahun yang akan datang,” ucap Associate Professor and Director of Graduate Studies of Department of Anthropolgy, University of Colorado Amerika Serikat ini.
Menilik potensi modest fashion di Indonesia, Carla meyakinkan bahwa Indonesia berkesempatan untuk berkembang di panggung global. Ini didasari oleh demografi Indonesia yang melimpah, serta pengaplikasian elemen wastra nusantara di beberapa desain-desain kreatif di busana muslim.
“Sehingga, menjadi penting Indonesia menjadi kiblat fesyen muslim dunia sehingga warga dunia bisa sadar akan potensi di Indonesia. Menurut saya, modest wear punya potensi yang cukup besar untuk melangkah ke fasa atau tujuan yang beda dari fast fashion dan ini merupakan sektor ekonomi kreatif,” jelasnya.
Di sisi lain, potensi berkembangnya modest fashion juga turut mengangkat peran perempuan di sektor ekonomi kreatif ini. Apalagi, subsektor fesyen memberikan kontribusi lebih dari 50 persen dari 7 persen PDB Indonesia.
“Kalau mereka benar-benar bisa didampingi, ekonomi nasional ke depannya bisa didukung dari sisi desain, produksi, dan distribusi. Jadi, sektor ekonomi kreatif sama penting seperti sektor migas maupun pertambangan,” tegasnya.
You must be logged in to post a comment Login