Kemendagri mendorong sinergi antardaerah untuk memutus kesenjangan pembangunan ekonomi di Pulau Jawa.
Majalahpajak.net – Kondisi ekonomi suatu daerah, baik provinsi, kabupaten, atau kota dapat dilihat dari nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB adalah jumlah nilai jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.
PDRB dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan sumber daya ekonomi, pergeseran, dan struktur ekonomi suatu daerah, juga untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun.
Saat ini perekonomian Indonesia berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) kuartal II-2022 mencapai Rp 4.919,9 triliun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan ADHK 2010 mencapai Rp 2.923,7 triliun.
DKI Jakarta
Pada kuartal II-2022, BPS mencatat, DKI Jakarta menjadi provinsi dengan ekonomi terbesar di Indonesia dengan PDRB ADHB sebesar Rp 788,99 triliun. Perekonomian DKI Jakarta kuartal II-2022 tumbuh 5,59 persen bila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang tumbuh 1,05 persen. Sementara secara kumulatif, semester I-2022 tumbuh 5,11 persen.
Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan mengatakan, ibu kota menjadi unsur penting dalam pemulihan ekonomi Indonesia karena memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian nasional. Dari sisi produksi, tiga lapangan usaha dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi yaitu jasa kesehatan dan kegiatan sosial, jasa lainnya, dan perdagangan.
Baca Juga: “Stick and Carrot” Penyelaras APBD-APBN
Di tahun 2022, secara spesifik, DKI Jakarta menggenjot angka PDRB, salah satunya dengan menggelar perhelatan Formula E, yang diklaim menyumbang ekonomi DKI Jakarta hingga Rp 2,6 triliun.
“Ini adalah angka yang cukup tinggi dan ikut meningkatkan pertumbuhan ekonomi atau PDRB DKI Jakarta sebesar 0,1 persen,” ujar Anies.
Jawa Timur
Jawa Timur menempati urutan kedua dengan nilai PDRB sebesar Rp 649,54 triliun. Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak menilai, Jawa Timur tetap menjadi lokomotif perekonomian nasional dengan kontribusi sebesar 14,30 persen terhadap PDB Indonesia dan menyumbang sebesar 25,30 persen atas PDRB Pulau Jawa.
“Kalau dilihat komoditas pangan saja, kami sudah bisa mencatatkan deflasi bukan inflasi. komoditas Jawa Timur penyumbang deflasi lebih besar dibandingkan dengan komoditas penyumbang inflasi,” urai Emil ujarnya dalam Rapat Koordinasi Pusat dan Daerah Pengendalian Inflasi 2022.
Ia juga menyebutkan, pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur pada kuartal II-2022 tumbuh 5,75 persen, jauh lebih tinggi bila dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 5,44 persen secara year on year (yoy). Angka pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur itu pun paling besar dibandingkan provinsi lainnya di Pulau Jawa.
Pada kesempatan berbeda, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menambahkan, lebih dari separuh (57,81 persen) PDRB Jatim disumbang oleh UMKM.
Jawa Barat
Sementara, PDRB Jawa Barat atas dasar harga berlaku pada kuartal II-2022 mencapai Rp 602,07 triliun.
“PDRB Jawa Barat sangat tinggi. Ekonomi Jawa Barat triwulan II-2022 terhadap triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 1,86 persen,” kata Kepala BPS Jawa Barat Marsudijono.
Pertumbuhan tertinggi di Jawa Barat terjadi di lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan, yakni 10,25 persen. Sementara, pengeluaran konsumsi pemerintah tumbuh hingga 63,05 persen.
Jawa Tengah
Perekonomian Jawa Tengah pada kuartal II- 2022 berdasarkan PDRB atas ADHB mencapai Rp 385,11 triliun dan atas dasar harga konstan (ADHK) 2010 mencapai Rp 261,40 triliun. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha transportasi dan pergudangan, yaitu sebesar 89,34 persen. Sedangkan dari sisi pengeluaran, kenaikan tertinggi dicatat oleh komponen ekspor barang dan jasa (termasuk ekspor antardaerah), yaitu sebesar 10,14 persen. Pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah telah mencapai 5,66 persen pada kuartal II-2022.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengungkapkan, pertumbuhan itu adalah hasil kerja sama para bupati hingga wali kota dalam membuka dan memudahkan investasi. Di sisi lain, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah juga memiliki akurasi data hasil sinergi dengan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan.
“Pengambilan keputusan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi menjadi lebih mudah. Dengan data science yang bisa kita pakai, dengan kondisi makro yang kita terjemahkan, sampai pada pengambilan keputusan. Pertumbuhan ekonomi di sini juga tidak lepas dari peran para petani,” ungkap Ganjar.
Selain keempat provinsi di atas, daerah dengan PDRB tertinggi adalah Riau dengan PDRB sebesar Rp 241,56 triliun; Sumatera Utara, Rp 225,42 triliun; Kalimantan Timur, Rp 185,4 triliun; dan Banten, Rp 177,29 triliun.
Sinergi
Sekretaris Ditjen Bina Pembangunan Daerah Kemendagri Sri Purwaningsi mengungkapkan, kesenjangan pembangunan daerah merupakan permasalahan utama yang masih dirasakan hingga kini. Hal itu tecermin dari kontribusi PDRB yang masih didominasi oleh Pulau Jawa sebesar 57,89 persen dan Pulau Sumatera sebesar 21,70 persen.
“Kesenjangan kontribusi PDRB saat ini berarti aktivitas kegiatan perekonomian masih terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Sumatera. Maka, perlu dilakukan sinergi dan keterpaduan perencanaan kebijakan, program, dan kegiatan yang konsisten, terpadu, dan bersifat lintas sektor dengan mempertimbangkan kesesuaian tata ruang wilayah serta koordinasi dan kerja sama yang solid antara pusat dan daerah,” jelas Nining saat membuka Rapat Koordinasi Penyusunan Strategi Daerah: Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (20/9).
Maka, Kemendagri akan terus melakukan pembinaan, menyusun rencana, merumuskan kebijakan, mengendalikan, mengawasi dan memfasilitasi perencanaan daerah.
“Tercapainya tujuan pembangunan daerah merupakan suatu hal yang penting karena pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Hal ini memberi arti bahwa pembangunan daerah juga berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan nasional,” jelas Nining.
You must be logged in to post a comment Login